25.Pemandangan pagi yang panas

2 1 0
                                    

Pagi ini Rofi nampak lebih bersemangat dari pagi-pagi biasanya. Entahlah, hatinya seperti dipenuhi oleh bunga-bunga yang bermekaran. Sementara perutnya seperti dipenuhi oleh kupu-kupu yang berterbangan. Siapa yang tak senang jika telah mendapatkan maaf dari seseorang yang disayangi?

"Ekhem, ada yang lagi kasmaran nih kayaknya.", celetuk Angkasa saat melihat Rofi yang mesem-mesem tak jelas sejak tadi malam dan sampai pagi ini gejala abangnya tersebut semakin parah sepertinya.

Rofi tak menghiraukan ucapan yang terkesan meledek dari sang adik. Kakinya terus melangkah menuju ke ruang makan yang di mana di sana ada wanita kesayangannya yang tengah menata lauk untuk sarapan di atas meja makan.

"Papa mana ma?", tanya Rofi sembari mendaratkan bokongnya di atas kursi.
"Papa udah ke kantor, ada masalah yang harus diberesin sebelum meeting nanti siang katanya.", jawab Mama Calista mulai mengisi piring kosong milik kedua anaknya dengan nasi dan juga lauk.

"Kunci Asa mana ma?", tanya Angkasa di sela-sela sarapannya saat dirinya baru menyadari kunci mobilnya tak ada di saku jaketnya.

"Lah, mana mama tau. Kalau nanyain panci di mana baru mama bisa jawab. Kemarin kamu simpen di mana? Makanya kalau nyimpen tuh jangan sembarangan.", omel Mama Calista yang seketika membuat Angkasa menyesal karena telah bertanya. Masih pagi dirinya sudah dapat siraman rohani saja.
"Iya-iya maaf, nanti Asa cari lagi di kamar deh abis makan.", ucap Angkasa mengaku salah.

"Gue bareng lo aja deh bang, males harus ke atas lagi.", ucap Angkasa dengan berbisik, takut-takut suaranya tersebut dapat didengar oleh mamanya yang tengah mencuci piring di wastafel.
"Pake motor abang aja, kuncinya ada di atas nakas.", jawab Rofi yang membuat Angkasa mendengus kesal. Sama saja dirinya tetap harus ke lantai dua lagi.

"Ya elah, lo kayak malu banget bawa gue bareng ke sekolah. Emang kenapa sih?", kesal Angkasa sambil menyuapkan suapan terakhirnya dan menutupnya dengan meminum air mineral.
"Abang mau jemput Felycia.", jawaban dari Rofi sukses membuat Angkasa yang tengah minum langsung tersedak.

Uhuk...uhuk..
"Dasar bucin.", ejek Angkasa sambil mendelikkan matanya.
"Kayak yang nggak aja.", jawab Rofi yang sudah selesai dengan aktivitas sarapannya. Bangkit dari duduknya membawa piring dan juga gelas bekasnya dan bekas adiknya untuk dirinya cuci.

"Simpan aja Dri, biar nanti sekalian mama aja yang nyuci.", ucap Mama Calista yang tengah menyabuni permukaan panci bekas sup ayam.
"Biar Andri aja ma, lagian kan ini bekas Andri.", jawab Rofi namun langsung tidak disetujui dengan cepat oleh Mama Calista.

"Udah udah, nurut aja. Biar mamah aja yang nyuci sekalian Dri. Mending kamu berangkat, katanya mau jemput pacar kamu dulu.", ucap Mama Calista yang membuat Rofi mengalah saja dengan menurut menyimpan piring serta gelas bekasnya dan adiknya di wastafel.

"Bukan pacar ma, calon istri.", ralat Rofi saat mamanya yang salah menafsirkan.
"Iya, calon istri maksudnya.", ulang Mama Calista.

*****

"Selamat pagi, bagaimana keadaan Nona Felycia?", sambut Rofi begitu Felycia masuk ke dalam mobil yang di mana sudah ada Rofi di kursi kemudi.
"Baik.", jawab singkat Felycia. Dirinya masih dalam mode malas menghadapi Rofi.

"Masih belum dimaafin nih, kok cuek hm?", tanya Rofi yang entah sejak kapan. Felycia pun tak tahu gurunya tersebut menjadi seperti ini.
"Udah dimaafin, karena emang Pak Rofi gak salah apa-apa.", jawab Felycia sambil memakai seat beltnya.

Rofi tersenyum singkat melihat Felycia yang seperti menghindari beradu tatap dengannya. Perlahan, mobil pun bergerak meninggalkan gerbang utama kediaman Felycia, membelah jalanan menuju ke SMA Wiyata.

TeacherzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang