Penjelasan dari guru di depan kelas sama sekali tak menarik perhatian Evany. Bahkan, materi yang diterangkan oleh Pak Josep selalu guru pengampu Bahasa Inggris sejak satu jam yang lalu sama sekali tak ada yang masuk ke dalam otaknya.
Berulang kali, Evany melirik ke arah jendela berharap ada siluet sahabatnya yang tak ada kabar sama sekali ke mana sahabatnya tersebut belum datang ke kelas di jam segini. Padahal, malam tadi, mereka masih kontekan dan janjian akan nyeblak berdua di hari ini, tapi kenapa pagi tadi Felycia malah menghilang bagaikan jelangkung.
Jangan tanyakan lagi berapa banyak chat yang dikirim dan panggilan yang dilakukan oleh Evany pada kontak Felycia, namun tak membuahkan hasil apapun. Decakan dan helaan nafas berulang kali lolos begitu saja dari mulutnya. Menyalakan kembali handphone yang disimpan di laci bawah mejanya, namun sama sekali belum ada perubahan dari pesan yang dirinya kirimkan pada kontak sahabatnya tersebut. Tetap ceklis satu abu-abu, tanda jika sahabatnya tersebut offline.
"Evany Gautama Utami, are you okay? You don't seem to notice me!" (Evany Gautama Utami, kamu baik-baik saja? Kamu tidak memperhatikan penjelasan saya!), suara seseorang dari arah depan membuat Evany yang semula menunduk karena tengah memperhatikan handphone di laci bawah mejanya seketika langsung menatap ke depan.
"Sorry Ms. My stomach acid seems to be rising, can I go to the school health unit?" (Maaf bu, asam lambung saya naik, bolehkah saya izin ke UKS?), Evany yang kepalang panik dan takut bermasalah dengan guru berkepala tiga yang cukup killer tersebut lebih memilih berakting saja.
"Oh okay, get well soon, because you missed a lot of my lessons." (Oh iya silahkan, semoga cepat sembuh, karena kamu banyak ketinggalan di pelajaran saya), ucap Pak Josep yang merasa tak curiga sama sekali dengan kebohongan Evany. Kembali melanjutkan penjelasannya yang terhenti sementara Evany yang merasa actingnya sudah berhasil dan dipercaya, segera saja bangkit dari duduknya setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih dengan menggunakan Bahasa Inggris kepada gurunya.
Ke luar dari kelas, Evany tidak benar-benar pergi ke UKS karena memang dirinya sama sekali tak sakit. Evany dengan langkah yang cukup lebar melangkah entah ke mana, mengikuti kata hatinya saja sambil mulutnya tak bisa berhenti menggerutu.
"Sialan, tuh anak ke mana coba.", gerutunya sambil kembali menghubungi kontak sahabatnya yang masih belum aktif juga.Sementara itu, di lapangan utama SMA Wiyata nampak siswi dengan rambut yang tadinya digerai kini sudah terikat tengah berlari mengelilingi lapangan yang luas tersebut. Keringat sudah membasahi seluruh bagian wajahnya, bahkan tangan Felycia rasanya sudah bosan karena terus-terusan mengelap keringat yang terus-terusan turun mengalir dari pelipisnya. Sinar matahari pagi yang mengandung vitamin D nyatanya tetap saja membuat kulit wajah Felycia yang putih langsung berubah merah. Belum lagi, perutnya yang belum terisi oleh nasi menjadikan perutnya terasa mulai sakit dan kepalanya pun ikut terasa pusing.
"Plis Ci, tiga putaran lagi dan lo bisa ikut belajar di kelas.", monolognya mencoba memberikan semangat pada dirinya sendiri yang sudah lemas. Belum genap di putaran kedelapan, Felycia berhenti sejenak sekedar mengambil nafas sambil kedua tangannya bertumpu pada lututnya. Nafasnya memburu dan kepalanya pun semakin terasa pusing.
"Jangan kambuh dulu, jangan.", mohon Felycia pada dirinya sendiri karena merasa jika asam lambungnya naik di waktu yang tidak tepat.Tanpa berniat ke pinggir dan mengistirahatkan terlebih dahulu dirinya yang sudah seperti mayat hidup, Felycia malah kembali melanjutkan hukumannya, mengesampingkan rasa pusing dan mual yang sudah dirinya rasakan.
Di koridor kelas X IPA, nampak Evany berjalan sambil matanya meneliti ke setiap sudut lapangan. Dan ketika matanya sampai di titik di mana terlihat ada siswi yang tengah berlari, membuat Evany sudah bisa menebak sisi tersebut adalah sahabatnya. Lantas, tanpa pikir panjang, Evany menambah laju langkahnya menghampiri Felycia yang tak menyadari keberadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Teen Fiction"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...