Tanpa berniat pulang dan membersihkan badan terlebih dahulu yang lengket karena dipakai beraktivitas seharian. Rofi memilih langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman Aksara Family.
Hatinya sudah resah dan gelisah sejak mendapat kabar jika anak muridnya tersebut ternyata sakit. Dan yang paling membuatnya tak tenang dan sangat amat merasa bersalah adalah karena mengingat perkataan Evany yang mengatakan jika Felycia bisa saja sakit karena kepikiran akan ucapannya tempo lalu.
Rofi mengendarai mobil fortuner berwarna gray nya dengan kecepatan tinggi karena memang jalanan di sore ini nampak lenggang.
Hanya membutuhkan waktu lima belas menit karena bisa dikatakan jika Rofi ngebut, mobil yang dikemudikan oleh Rofi sudah sampai tepat di depan gerbang utama kediaman Aksara Family. Membunyikan klakson satu kali dan tak lama ada seorang pria memakai baju seragam satpam menghampiri mobil Rofi.
"Sore pak, Fely-nya ada?", sapa Rofi dengan sopan dan hormat pada laki-laki yang sudah berkepala empat tersebut.
"Eh den Andri, manawi teh saha." (Eh den Andri, kirain siapa), ucap Pak Tresno yang juga merupakan satpam Aksara Family sama seperti Pak Bram yang kini nampak tengah mengepulkan asap rokok dari hidungnya sambil menyeruput kopi hitam."Nona Cia sakit dari dua hari yang lalu. Bentar, bapak bukain dulu gerbangnya.", ucap Pak Tresno lagi sambil membukakan pagar gerbang utama kediaman Aksara Family yang menjulang tinggi. Mobil berwarna abu mengkilap tersebut kembali bergerak memasuki bagian dalam kediaman bernuansa Eropa tersebut.
"Makasih Pak Tres.", ucap Rofi sambil menampilkan senyumannya lewat kaca mobil yang dirinya turunkan. Rofi yang memang cukup dekat dengan sang kepala keluarga di kediaman ini menjadikan dirinya pun mengenal siapa saja yang bekerja di kediaman rekan kerja papanya tersebut. Pak Tresno menanggapi ucapan Rofi dengan mengacungkan jempolnya.
Setelah memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon palem, Rofi ke luar dari mobilnya dengan tangan yang membawa benda pipih berlogo apel digigit.
"Lho, Andri.", ucap Zereline yang baru saja ke luar dari garasi setelah sebelumnya memasukkan mini cooper yang dirinya pakai ke supermarket tadi.
"Cia ada?", tanya Rofi to the point.
"Ada, dia sakit sejak dua hari yang lalu dan susah makan. Ayo masuk.", jawab Zereline sambil mengajak Rofi untuk mengikutinya masuk ke dalam. Rofi mengangguk singkat dan berjalan mengikuti langkah Zereline yang ada di depannya."Ayah Aksa belum pulang?", tanya Rofi yang tanpa canggung menyebut orang tua dari anak muridnya tersebut dengan panggilan Ayah.
"Belum, ayah ada jadwal lembur. Kalau mamah kayaknya ada di kamar Cia.", jawab Zereline yang tanpa diminta, menjelaskan perihal keberadaan orang tua satunya lagi sebelum Rofi bertanya."Masuk aja, gak dikunci kok. Aku---eh maksudnya gue mau bersih-bersih dulu. Di dalem juga kayaknya ada mamah deh.", ucap Zereline setelah keduanya sudah ada di lantai dua, tepat beberapa langkah lagi ke kamar Felycia.
"Hm.", balasan singkat dari Rofi berupa deheman seolah tak niat membuat Zereline mendengus kesal di tempatnya."Kalau gak niat mendingan gak usah jawab. Sama halnya, kalau lo gak beneran niat deketin adik gue, mendingan lo gak usah ngasih dia harapan kalau ujung-ujungnya lo bikin dia sakit.", ucap Zereline yang membuat hati kecil Rofi kembali tersentil. Tadi di sekolah oleh sahabatnya, sekarang oleh kakaknya. Backingan Felycia memang tak dapat diragukan lagi.
Rofi tak menanggapi ucapan Zereline yang membuat Zereline segera saja masuk ke kamarnya yang terletak di depan kamar sang adik. Badannya sudah terasa lengket dan harus secepatnya dia bersihkan.
Menghela nafas sekedar merilekskan ketegangan dan kegugupan, Rofi melangkah dan mengangkat tangannya bersiap akan mengetuk pintu berbahan dasar kayu jati tersebut. Tapi, sebelum Rofi mengetuk pintu kamar dengan gantungan bertuliskan CIA, pintu lebih dulu dibuka dari dalam membuat tangan Rofi yang sudah terangkat dia turunkan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Ficção Adolescente"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...