Isyana berjalan menyusuri koridor khusus jurusan IPA. Kakinya yang jenjang dan terbalut oleh sepatu berwarna hitam tersebut perlahan masuk ke dalam lift ketika pintu lift sudah benar-benar terbuka di depannya.
Emosinya masih belum stabil karena kejadian beberapa menit yang lalu di mana dirinya beradu argumen dengan Genta---orang yang baru beberapa hari ini dirinya kenal secara dekat. Ternyata, dugaannya yang menyangka jika Genta adalah tipikal cowok yang cool, kalem, dan tak banyak tingkah nyatanya salah 100%. Genta tak sebaik dan seidaman itu. Isyana berdecih saat mengingat kemarin dirinya sempat memuji cowok sialan itu.
Pintu lift terbuka tepat di lantai 3 di gedung khusus kelas XII. Kakinya melangkah ke luar, masih dengan mulut yang komat-kamit menggerutu dan menyumpah serapahi Genta yang sudah membuat mood paginya hancur.
Gedung di SMA Wiyata memang terbagi menjadi empat bagian. Gedung I merupakan gedung sekretariat, tempat dimana siswa dan siswi baru melakukan pendaftaran. Gedung II merupakan gedung khusus ruang guru. Gedung III merupakan gedung khusus jurusan IPA yang terdiri dari tiga lantai, berurutan tiap angkatan dari lantai bawah. Dan gedung IV yang merupakan gedung khusus jurusan IPS yang juga memiliki tiga lantai dengan kelas yang berurutan menurut angkatan dari bawah menuju ke atas (lantai satu kelas X, lantai dua kelas XI, dan lantai tiga kelas XII).
Isyana masuk ke kelas dengan air muka yang sama sekali tak enak dipandang. Muka yang menyeramkan dengan mulut yang terus menggerutu kecil. Sepertinya dirinya tengah ada di mode senggol bacok, terbukti dengan dirinya yang langsung menatap tajam ke salah satu teman sekelasnya yang melemparinya dengan sebuah candaan.
"Lah, lo kenapa Sya?", tanya Vanya yang merupakan sahabat sekaligus teman sebangku Isyana. Isyana menghembuskan nafas panjang, berusaha merilekskan dan meredakan emosinya yang masih dalam mode meletup-letup.
"Gue... lagi kesel sama seseorang.", jawab Isyana sambil berusaha melupakan kejadian tadi pagi yang membuatnya kesal."Kesel sama?", tanya Vanya lagi, jiwa keponya kembali dipaksa ke luar.
"Kalau gue jawab sama aja gue nambah mood gue berantakan. Gak usah nanya lagi lebih jauh, bisa?", ucap dingin Isyana yang membuat Vanya langsung merapatkan bibirnya dan menganggukkan kepalanya patuh.Dering dari ponselnya membuat Isyana yang tengah memejamkan kedua matanya sambil bersandar di kursi pun langsung menegakkan posisi duduknya. Terlihat panggilan dari nomor yang tak terdaftar dalam daftar kontaknya masuk. Isyana merogoh benda yang berdering tersebut dan menempelkannya ke telinga setelah sebelumnya menggeser icon hijau yang bergerak ke atas.
Isyana bangkit dari duduknya dan berjalan ke luar kelas supaya lebih leluasa menerima panggilan dan dirinya pun takut akan menganggu siswa-siswi lain jika mengangkat telepon di kelas.
"Hallo."...
Terdengar suara seseorang di seberang sana memulai percakapan yang dari suara yang ditangkap oleh indera pendengarannya, sepertinya orang yang meneleponnya adalah seorang perempuan."Hallo, ini nomor siapa ya?"...
Isyana bertanya terlebih dahulu, takut-takut jika yang di seberang sana salah sambung atau hanya iseng saja karena tak langsung to the point."Ini Fresline kak. Kak Isyana di mana? Ini siswa-siswi yang mau bimbingan udah ada di perpustakaan tempat biasa. Pak Rofi juga udah ada di sini, beliau nyuruh aku buat hubungin kakak."...
Terang seseorang di seberang sana yang ternyata adalah Fresline---calon peserta lomba menulis sastra yang sejak seminggu yang lalu tiap pagi selalu melakukan bimbingan dengan Rofi dan juga Isyana dikarenakan Hari-H perlombaan hanya tinggal menghitung jari."Oh, oke. Bilangin ke Pak Rofi, aku ke sana.",...
Setelah mengatakan kalimat tersebut, sambungan diputuskan oleh Isyana tanpa memperdulikan Fresline yang masih berbicara di seberang sana. Langkahnya kembali membawanya memasuki kelas dengan cukup terburu-buru karena tak mau membuat adik-adik kelasnya menunggu, terutama Rofi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Genç Kurgu"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...