21.Berujung sakit

2 1 0
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 tapi Felycia masih betah berada di bawah hangatnya selimut tebal miliknya. Sudah dua hari dirinya absen sekolah karena sakit. Entahlah, rasanya Felycia merasa jika badannya ini lemah dan alay sekali. Tidak biasanya hanya karena dihukum lari memutari lapangan, dirinya sampai berujung pingsan dan sakit seperti ini. Apa kabar dengan Felycia yang dulu hampir setiap hari mendapatkan hukuman seperti itu, bahkan hukuman lain yang jauh lebih berat.

Ceklek...
Suara pintu kamarnya yang dibuka sama sekali tak membuat Felycia melihat ke sumber suara. Sebenarnya, Felycia tak benar-benar tidur. Kepalanya pusing, badannya terasa lemas dan panas. Tarikan selimut yang menutupi tubuh Felycia membuat kulit Felycia seketika merasakan hawa dingin.

"Bangun dulu yuk, makan dulu sayang.", ucap seseorang mencoba membangunkan Felycia yang matanya tengah terpejam bak benar-benar tertidur. Padahal, Felycia tidak tertidur sama sekali dan otomatis masih dapat mendengar dengan sangat jelas ucapan dari mamahnya. Perlahan, mata yang semula tertutup itu terbuka. Sinar mentari yang masuk melalui jendela kamarnya membuat Felycia refleks menyipitkan kedua matanya.

Felycia bangun dari tidurnya dan beringsut mundur menuju ke sandaran ranjang untuk menyandarkan tubuhnya dibantu oleh Mamah Clara.  Dengan telaten, Mamah Clara menyuapi Felycia nasi dengan sup ayam sebagai lauknya. Felycia makan dengan sangat-sangat terpaksa karena memang mulutnya terasa sangat pahit dan tenggorokannya pun terasa sakit sehingga sulit untuknya menelan.

"Udah mah, Cia udah kenyang.", ucap Felycia sambil mengangkat satu tangannya tanda jika dirinya menyerah dan tak bisa melanjutkan lagi. Mamah Clara menghela nafas lelah karena Felycia baru makan beberapa suap saja. Jujur saja, semua ibu pasti lebih suka ketika anaknya makan dengan lahap daripada irit dan sulit seperti ini.

"Yaudah, tapi nanti makan lagi ya. Sekarang minum obat dulu.", jawab Mamah Clara sambil menyerahkan tiga jenis obat yang harus diminum Felycia.

Selesai dengan aktivitas yang sangat dirinya benci di saat sakit yang tak lain adalah minum obat yang pahit, Felycia kembali berbaring dan menarik selimutnya sebatas leher. Walau sudah siang dan cuaca Bandung sedang panas, tapi Felycia tetap merasa kedinginan.

Memastikan putrinya tersebut sudah meminum obat dan kembali istirahat, Mamah Clara membawa nampan sarapan Felycia yang masih tersisa dan ke luar dari kamar si bungsu, membiarkannya untuk beristirahat lagi sampai benar-benar pulih.

*****

"Temen lo ke mana Van?", tanya Wave. Sekarang ini, mereka tengah berada di warung Mang Inda. Tiap harinya, warung Mang Inda selalu ramai oleh pelanggan, terutama oleh anak Basis SMA Wiyata. Evany pun nampak ada di sana karena memang semenjak dirinya menjalin hubungan dengan Ketua Basis alias Farel, dirinya menjadi sering ikut kumpul di warung bambu tersebut dan menebar kebucinan di sana. Kirain yang jilat ludah Felycia, ternyata dirinya.

"Dua hari absen, sakit dia.", jawab Evany sambil matanya tetap fokus pada handphone yang ada di genggamannya. Kepalanya dia sandarkan pada bahu milik Farel. Entahlah, rasanya dua hari ini Evany merasa kesepian dan bosan karana sahabatnya tersebut tak masuk sekolah. Hal itu berefek pada moodnya yang menjadi jelek dan dirinya ada dalam mode senggol bacok dua hari ini.

"Fely sakit?", tanya Genta dengan nada suara yang tersirat akan kekhawatiran.
"Ciee babang Genta khawatir, kiw kiw.", goda Wave yang kebetulan duduk di samping Genta sehingga dengan sangat jelas melihat raut wajah temannya itu yang langsung berubah khawatir.

"Lah, emangnya lo gak tahu? Bukannya kalian lumayan deket ya?", tanya Angkasa yang sejak tadi hanya diam saja dan baru menimbrung sekarang karena game online yang dirinya mainkan sudah kalah.

"Hhhh, boro-boro. Fely malah ngehindarin dan nyuekin gue.", ucap Genta lesu diiringi dengan helaan nafas yang terdengar sangat lelah.

"Lo nya terlalu ngejar kali, jadinya Cia risih. For your information, Felycia gak suka terlalu dikejar.", ucap Evany yang masih betah dalam posisinya bersandar pada bahu Farel. Sementara itu, Farel asyik memainkan rambut kekasihnya tersebut yang selalu menguarkan aroma sampo khas.
"Kecuali kalau dikejar dan dicintai ugal-ugalan sama Pak Rofi.", lanjut Evany dalam hatinya.

TeacherzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang