Sejak dirinya pulang dan masuk ke kamarnya yang bernuansa pink peach, Isyana tak henti-hentinya terus berjalan bolak-balik sambil menggigit jarinya. Ekspresi wajahnya kentara sekali memperlihatkan jika dirinya tengah gugup dan juga panik sekarang.
"Ancaman cowok sialan itu bahaya juga.", monolognya di tengah-tengah aktivitas bolak-baliknya.Decakan terdengar sangat renyah ke luar dari mulutnya dibarengi dengan kakinya yang melangkah menuju ke sebuah sofa yang ada di kamarnya. Mendaratkan bokongnya di sana dengan handphone yang sudah ada di tangannya.
Tanpa keraguan, dirinya menekan tanda panggil pada kontak seseorang. Hanya membutuhkan beberapa detik, panggilan pun tersambung dengan diawali oleh tawa renyah dari seseorang di seberang sana yang bahkan lebih terdengar seperti tawa seorang iblis.
"Gimana? Berubah pikiran?"...
Tanya seseorang di seberang sana dengan suara yang seperti mengejeknya. Ya, mengejek Isyana yang pada akhirnya hanya bisa pasrah kepadanya dan taluk akan ancamannya."Gak usah belagu, gue nerima tawaran lo karena citra gue lebih berharga."...
Jawaban dari Isyana membuat Genta kembali tertawa renyah di seberang sana."Berharga? Seberharga apa sih? Berapaan emang? Selagi masih bisa diduitin, bagi gue itu udah gak ada harganya."...
Isyana mengepalkan sebelah tangannya yang menganggur saat mendengar ejekan dari seberang sana disertai dengan tawa renyah yang membuat telinganya pengang dan panas."Apa bedanya sama lo? Sesama orang yang murahan udahlah, gak usah saling ejek gitu."...
Isyana berusaha mengendalikan diri agar tak terbawa emosi, rencananya adalah balas dendam kepada Genta dengan cara yang paling rapih.Keduanya melakukan panggilan kurang lebih selama lima belas menit merundingkan perihal hal-hal yang harus dilakukan oleh Isyana di hari esok.
Selesai dengan ritual mandi sorenya, Isyana kini sudah nampak fresh dengan menggunakan gaun tidur selututnya. Sambil meluruskan kakinya di sofa panjang, Isyana iseng membuka salah satu aplikasi yang bisa memberitahu berapa jumlah saldo yang ada di rekeningnya sekarang.
"What?!", pekik Isyana kaget sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Bagaimana tidak kaget? Melihat nominal saldonya yang hampir dua kali lipat dari saldo sebelumnya. Ini pasti ulah cowok gila itu pikirnya.
Membuka aplikasi berlogo hijau tepatnya membuka room chat antara dirinya dan juga Genta, Isyana mengetikkan sesuatu lalu mengirimkannya pada kontak tersebut.
Genta Azriel
lo yang ngisi rekening gue?
yang bener aja sebanyak itu?!
Tak membutuhkan waktu lama, terdengar suara notifikasi yang berasal dari handphonenya dan merupakan balasan dari Genta.
Genta Azriel
lo yang ngisi rekening gue?
yang bener aja sebanyak itu?!
ambil aja, gue bingung ngabisin duit gimana
tapi jangan harap ini cuma-cuma. jalanin rencana itu sebagai gantinya.
Isyana mendengus geli saat membaca balasan pesan dari Genta. Sombong sekali cowok itu. Tapi, beberapa detik kemudian, sebuah senyuman terbit di wajahnya. Walaupun dirinya kesal setengah mati pada cowok yang telah mengancamnya tersebut, namun tak urung Isyana tetap bersorak senang dalam hatinya karena dirinya bisa shopping dan membeli tas yang dirinya idam-idamkan sebulanan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Ficção Adolescente"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...