"MAU KE MANA KAMU GENTA?!", teriak seorang pria yang dari perawakannya terlihat sudah berkepala empat. Tanpa menggubris teriakan yang menggelegar di sepanjang lantai bawah kediamannya, Genta tetap melanjutkan langkahnya sambil menggeret koper.
"GENTA AZRIEL FIRMANSYAH!", kembali terdengar teriakan yang kedua kalinya dari Razi Firmansyah saat melihat tak ada reaksi apapun dari putra tunggalnya. Genta terus berjalan menuju ke pintu utama seolah menulikan pendengarannya.
Mendengar teriakan yang sangat amat mengganggu indera pendengarannya membuat Genta berdecak kesal sambil. Menghentikan langkahnya namun tanpa berniat menolehkan kepala, Genta membuka suaranya.
"Ck, bukannya ini yang ayah mau?", tanya Genta tanpa berniat membalikkan badannya atau hanya sekedar menolehkan kepalanya. Bibirnya menyunggingkan senyuman yang sarat akan kekecewaan dan luka.
"Rumah mewah ini gak berarti apa-apa lagi bagi Genta. Rumah ini sama sekali bukan impian Genta. Rumah ini sepi, dingin, tanpa ada kehangatan keluarga. Untuk apa Genta terus ada di rumah ini? Sedangkan di dalamnya hanya diisi dengan kerja, kerja, dan bekerja tanpa adanya quality time keluarga.", lanjutnya lagi membuat Razi sedikit mengendorkan tangannya yang mengepal erat tapi tak menjadikan dirinya sadar dan meredakan emosinya.
"Omong kosong macam apa yang kamu katakan ini hah?!", jawab Razi yang membuat Genta berdecih sinis di tempatnya.
"Cih. Emang bener ya, percuma juga Genta speak up, kalau kalian sama sekali gak pernah denger, kalian udah dibutakan oleh pekerjaan.", ucap Genta yang membuat emosi Razi kembali terpancing naik.Dengan langkah lebar, pria yang kini masih mengenakan setelan kantor tersebut berjalan menuju ke Genta. Menarik kerah kemeja bagian belakang yang dikenakan oleh Genta membuat Genta hampir saja terjengkang ke belakang jika saja dirinya tak mampu menyeimbangkan bobot badannya.
"Berhenti so tau anak sialan! Saya bekerja juga untuk membiayai sekolah kamu---
"Ya ya ya, terus aja cari pembelaan. I don't care anymore, because it seems like I don't consider you a father anymore now.", sela Genta dengan nada dingin yang sukses membuat singa di dalam jiwa Razi dipaksa ke luar.Tanpa belas kasihan dan tak sadar jika Genta adalah darah dagingnya sendiri, Razi kembali menarik kerah baju Genta, memaksanya untuk menoleh dan menghadap ke arahnya. Amarah telah menguasai jiwanya. Hingga tanpa sadar, tangannya dengan sangat gampang dan ringan memukul, melukai hampir seluruh bagian tubuh putranya.
Genta terbatuk saat dadanya terasa sasak karena diinjak oleh sang ayah. Tapi, dirinya sama sekali tak berupaya untuk melawan barang sedikit pun.
"Kenapa? Kenapa kamu diam saja? Ayo lawan, buktikan ucapanmu yang besar itu.", ucap Razi dengan tangan yang kembali melayang menuju ke wajah Genta yang sudah penuh dengan lebam dan darah yang mengering di sudut bibirnya.Tubuh Genta terasa sangat remuk tapi tak sebanding dengan remuk hatinya. Dengan lemas, sebelah tangannya menahan gerakan tangan ayahnya membuat Razi tak jadi kembali menghiasi wajah Genta dengan hiasan yang diciptakan tangannya. Razi menghempaskan tangan Genta yang dengan lancang memegang pergelangan tangannya.
"Apa mau kamu, Genta?!", tanya Razi dengan nada yang sama sekali tak terdengar seperti seorang ayah yang tengah bertanya kepada putranya. lebih terdengar seperti pria brengsek yang bertanya pada korbannya. Tangan Razi kini sudah tak lagi memukul Genta dengan membabi buta. Sementara itu, Genta berusaha bangkit walaupun badannya terasa remuk.
"Apa yang Genta mau? Tentunya pergi dari rumah yang penuh kesengsaraan ini.", jawabnya dengan nafas yang memburu.
"Fine, jika itu maumu. Ke luar dari kediaman saya, saya tidak sudi menampung orang yang tak tahu diuntung. Jangan harap, kehidupanmu akan sesuai dengan ekspektasimu, because life out there is not as easy as you imagine.", jawab Razi sambil melangkah menjauh dari Genta setelah sebelumnya tanpa beban kakinya menendang kembali perut Genta membuat sang empu meringis sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teacherzone
Teen Fiction"Jilat ludah sendiri" sepertinya memang benar adanya ya? Terbukti dengan kisah yang dialami remaja bernama Felycia Agneza Pandjaitan yang sudah berkata tak akan mungkin jatuh cinta pada Rofi Andriawan yang merupakan guru baru Bahasa Indonesia di sek...