Naya baru saja pulang dari kerja paruh waktunya, ia bekerja sebagai seorang guru privat untuk anak SMP.
Sebenarnya Naya sudah ingin berhenti, tapi para ibu-ibu sosialita yang anaknya sedang privat dengannya, tetap ingin dia mengajar. Selain karena Naya sangat pintar, selama ia mengajar nilai anak didiknya semakin meningkat. Maka dari itu, para orang tua tidak ingin Naya berhenti.
"Cape banget, mana besok harus sekolah lagi" keluh Naya.
Hari sudah gelap, ia melihat jam tangannya. "Udah jam 7 aja, cepet banget" gumamnya.
Naya adalah anak yatim piatu, ia tinggal di panti asuhan. Setelah berumur 15 tahun, ia memutuskan untuk keluar dari panti asuhan dan hidup mandiri.
Naya adalah anak yang berprestasi, ia bersekolah di sekolahan elit, dengan fasilitas yang lengkap, ia mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah tersebut. Walau begitu, persyaratan untuk mempertahankan beasiswanya juga sangat sulit. Beruntung ia pintar dan selalu berada di peringkat 1 umum.
Naya melihat sebuah bangku di taman. "Duduk bentar di taman deh"
"Hufft, uangnya udah ke kumpul. Setelah lulus aku bisa buka usaha sendiri" ucap Naya, senang.
Selama ini, Naya mengumpulkan uang dari perlombaan, dan juga dari kerja paruh waktunya yang sudah ia jalankan selama 1,5 tahun berjalan 2 tahun, ia niatnya akan berhenti mengajar setelah lulus dan membuka usaha sendiri, ia telah mempersiapkannya dari jauh-jauh hari, sebentar lagi ia akan lulus.
Naya akan memulai bisnisnya, Naya yakin ia bisa sukses. Bagaimanapun ia cukup yakin dengan kemampuannya.
meong
meong
meong
Naya mengernyitkan keningnya. "Suara kucing dari mana ini?".
meong
meong
meong
Kembali suara itu terdengar. Karena lebih dari satu kali, Naya memutuskan untuk mencari dari mana asal suara itu.
"Loh, ada danau disini?" ucap Naya, sedikit terkejut. Ia tidak terlalu memperhatikan, ia baru tahu kalau ada danau di taman itu.
meong
meong
meong
"Kayaknya, suaranya ada di bawah pohon dekat danau deh" ucap Naya.
Suasananya tidak seram, karena terdapat lampu taman, dan masih ada beberapa orang di taman, walau jaraknya cukup jauh dari tempat ia mencari sumber suara.
"Nah, benerkan" ucap Naya.
Ia buru-buru turun dipinggir danau, kucingnya terjerat akar pohon. Naya membantu melepaskan akar dari kaki kucing itu. "Kamu kok bisa kejebak disini sih pus"
"Nah, udah deh. Lain kali hati-hati ya pus" ia menggendong kucing itu dan mengelusnya.
Kucing itu menjilat tangan Naya, seolah mengucapkan terima kasih.
"Sama-sama" ucap Naya.
Tiba-tiba kucing itu mencakar tangan Naya, lalu melompat. Naya tersentak kaget, ia reflek mundur kebelakang. Dipinggiran danau licin, Naya tidak dapat menyeimbangkan tubuhnya, lalu
Byuur
Naya jatuh ke dalam danau, ia pikir danaunya dangkal, ia coba mencari pijakan, tapi ternyata danaunya dalam.
"TOLONG" teriak Naya, kepalanya muncul dipermukaan air.
'Sial, kenapa danaunya sangat dalam? Aku tidak bisa berenang' batin Naya.
"TOL---" Naya terus berteriak meminta pertolongan, tapi karena jarak danau dan pengunjung taman lainnya cukup jauh, jadi orang-orang tidak mendengar suaranya.
Karena lelah berjuang dan tenaganya habis terkuras, Naya pasrah jika memang ini sudah menjadi takdirnya. Ia tenggelam ke dasar danau, ia menutup matanya.
'Kerja kerasku sia-sia, aku sudah menyiapkan segala sesuatunya untuk masa depanku. Tapi semuanya harus berakhir seperti ini' batin Naya.
Naya tidak menyalahkan takdirnya, ia tahu bahwa setiap manusia akan kembali pada Sang Pencipta-Nya. Hanya saja, ia sedikit menyesal karena belum merasakan hasil dari kerja kerasnya selama ini.
Setelah Naya jatuh ke dasar danau, kucing yang ia selamatkan pun menghilang entah kemana.
Orang-orang yang berada di taman akhirnya menyadari bahwa ada seseorang yang tenggelam di danau, seorang pria yang bisa berenang, membantu membawa tubuh Naya ke darat. Sayangnya, Naya sudah tidak bernafas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queenaya dan Sistem
FantasyQueenaya Alexandria Gadis cantik yang berumur 17 tahun, duduk dibangku 3 SMA. Gadis yatim piatu yang tinggal sendirian, disebuah rumah sewaan. Karena ingin menyelamatkan seekor kucing, ia terpaksa meregang nyawa. Naya berpikir bahwa ia telah berada...