44🐱

6.1K 561 38
                                    

Walaupun Ibu Lia belum sepenuhnya yakin, tapi nama Naya sangat mirip dengan nama putrinya yang hilang. Terlebih setelah lebih diperhatikan lagi, Naya terlihat mirip dengannya sewaktu muda. Tapi tak bisa dipungkiri bahwa Naya jauh lebih cantik dari dirinya.

Apalagi putranya pernah memberitahunya bahwa di sekolahnya ada murid yang mirip dengannya, namanya pun sama. Hanya saja, putranya belum memiliki kesempatan untuk mengambil sampel gadis itu untuk uji paternitas.

"Bu"

"Bu Lia" panggil Naya, sambil melambaikan tangannya di depan wajah Ibu Lia.

"Ehh, iya" kaget Ibu Lia.

"Ibu nggak apa-apa?" tanya Naya. Pasalnya, Ibu Lia sejak tadi ngelamun.

"Nggak apa-apa kok" ucap Ibu Lia.

"Okay kalau nggak apa-apa. Kalau gitu saya tinggal ya Bu, udah di tungguin adik-adik saya soalnya" ucap Naya.

Ibu Lia tertegun sejenak, bingung bagaimana cara mengambil sampel milik Naya.

"Nak, tunggu sebentar" panggil Ibu Lia.

"Ada apa Bu?" tanya Naya.

"Itu, saya mau ngasih kartu nama saya. Saya punya butik yang baru buka di daerah sini, mungkin kamu bisa mampir ke butik Ibu kalau kamu lagi senggang" ucap Ibu Lia.

Ibu Lia mengeluarkan kartu nama miliknya, saat akan memberikan kartu nama. Seorang Polwan tidak sengaja tersandung, dan menabrak Ibu Lia.

"Aduh" keluh Ibu Lia.

Ia terlempar ke depan, beruntung ada Naya yang dengan sigap menangkap Ibu Lia. Kesempatan itu di manfaatkan Ibu Lia, untuk menarik beberapa helai rambut milik Naya. Naya sedikit meringis karena rambutnya yang tercabut, ia pikir Ibu Lia tidak sengaja melakukannya.

"Maaf Bu, saya nggak sengaja" ucap Polwan itu.

"Iya nggak apa-apa, untung aja ada nak Naya yang nangkep saya" ucap Ibu Lia.

"Sekali lagi, maaf Bu" ucap Polwan itu.

Ibu Lia mengangguk, tak mengambil hati ketidaksengajaan Polwan itu. Lagi pula ia sedikit bersyukur atas ketidaksengajaan Polwan itu.

"Ehh, ini kartu nama Ibu" ucap Ibu Lia.

Naya menerima kartu nama milik Ibu Lia, dan berlalu pergi.

Setelah kepergian Naya, Ibu Lia berniat menelfon suaminya. Tapi ternyata pria paruh baya itu, sudah lebih dulu sampai di TKP. Bawahannya yang mengabarkan kejadian tidak menyenangkan yang di dapatkan oleh istri tercintanya.

"Sayang!" Panggil pria paruh baya itu, yang bernama Carlos Maximilian Dewangga, suami dari Ibu Lia.

"Mas" sahut Lia.

"Kamu nggak apa-apa? ada yang luka?" khawatir Max.

"Nggak apa-apa Mas, aku baik-baik aja kok" ucap Lia, menenangkan suaminya.

"Bagus kalau nggak apa. Kamu kok bisa sih masuk ke gang sempit gitu, pengawal kamu juga dimana?" tanya Max bertubi-tubi.

"Mas, satu-satu dong nanyanya" pusing Lia tuh.

"Okay, kita balik ke mansion dulu aja. Anak-anak khawatir sama kamu" ucap Max.

"Kok mereka bisa tau sih?" bingung Lia.

"Si Jerry yang ngasih tau" jawab Max. Jerry adalah kepala pelayan di mansion Negara A.

Lia hanya bisa menghela nafas, sudah biasa seperti ini. Apalagi sekarang ia mengalami kecelakaan yang tidak sengaja. Setelah kehilangan putrinya, Lia sangat terpukul, bahkan sering dilarikan ke rumah sakit karena drop.

Tapi sudah 2 bulan terakhir ini kondisi tubuhnya semakin baik, setelah mendengar bahwa putrinya akan ditemukan. Karena putranya mengatakan bahwa ada murid yang mirip dengannya, membuatnya menjadi bersemangat.

Lia dan Max kembali ke mansion.

"Ma, are you okay?" tanya seorang pria tampan, umurnya berkisar 25-an tahun. Ia bernama Theophilus Hizkia Dewangga, anak pertama dari pasangan Lia dan Max.

"Biarkan Mama-mu duduk dulu" ucap Max.

Selain Theo, masih ada dua pria tampan lainnya. Yang terlihat khawatir dengan keadaan Lia. Lia duduk di sofa yang tersedia di ruang tamu.

"Mama baik-baik aja, dimana adik kamu?" jawab Lia, ia kembali bertanya pada Theo.

"Leon, nggak dateng" jawab seorang pria tampan yang bernama Carolus Adam Dewangga, anak ketiga dari pasangan Lia dan Max.

"Ohh okay" mengerti Lia.

"Oh iya, kok Leon nggak ngasih kabar sih, soal temen sekolahnya yang mirip Mama itu?" tanya Lia.

"Leon belum ngomong sama Mama?" tanya pria tampan yang sejak tadi hanya diam, ia bernama Emanuel Kendrick Dewangga.

"Ngomong apa emangnya?" tanya Lia

"Temannya itu udah pindah Ma" jawab Ken.

"Kok bisa? bukan, maksudnya Mama, kok Leon nggak bergerak sama sekali? Foto nggak ada, sampel untuk di tes juga nggak ada. Gimana sih cara kerjanya Leon?" ucap Lia, sedikit kesal dengan putra bungsunya.

"Leon kan nggak bisa ngelakuin itu karena dia pacarnya Edric Ma" balas Ken.

Lia hanya bisa mendengus kesal, putra bungsunya itu tidak suka mencari masalah, apalagi seorang gadis yang mirip dengan Ibunya adalah kekasih sahabatnya, ia tak enak bila mencari tahu lebih lanjut tentang kehidupan Naya.

Queenaya dan Sistem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang