21🐱

13.4K 913 10
                                    

Hari kedua Naya bersekolah, ia memutuskan untuk tidak mengenakan masker. Ia ingin teman-teman satu sekolah bisa terbiasa dengan wajahnya, karena ia tidak betah mengenakan masker setiap hari ke sekolah.

Alexander High School.

Naya sudah tiba di parkiran sekolah, ia menggunakan mobil yang sama seperti kemarin.

"Itu anak baru yang kemarin kan?" tanya Vano.

"Iya" jawab Kenzi.

Anak-anak Scorpio juga berada di parkiran, menunggu Anna.

"Kemarin, di forum sekolah rame banget ngebahas soal dia, bahkan ampe pagi tadi aja, dia masih jadi berita utama di forum" lanjut Kenzi.

"Kira-kira dia bakalan make masker lagi atau nggak?" tanya Vano.

"Nggak tau, liat aja" jawab Saga.

Naya keluar dari mobilnya, ia tidak mengenakan maskernya.

TESS
TESS
TESS

Mimisan berjemaah di Alexander High School.

Para siswa-siswi mulai berbicara satu sama lain, tidak berbisik seperti sebelumnya.

"Kok, ada bidadari sih di sekolah kita?"

"Bersihin dulu mimisan lo itu"

"Sial, kok bisa ada cewek secakep itu sih?"

"CANTIK BANGET"

"Woee, darah lo ege bersihin dulu"

Di geng Scorpio juga mengalami masalah yang sama, beberapa dari mereka mimisan, hanya Regan dan Azka yang masih bisa menahannya.

"Sial, cakep banget. Kok bisa bidadari turun ke bumi?" ucap Vano, ia membersihkan mimisannya.

"Fix, dia jodoh gue" ucap Kenzi, percaya diri.

"Enak aja, dia calon mantu emak gue" ucap Saga, tak terima.

Azka juga tidak menyangka, kalau murid baru itu, akan secantik itu. Sebagai laki-laki normal, tentu saja ia juga terpesona, tapi ia masih bisa menahan dirinya.

Mata Regan tak pernah lepas dari Naya, ia baru melihat gadis yang secantik Naya, benar-benar cantik yang tidak manusiawi.

Alexander High School, dibuat heboh dengan kecantikan dari murid baru. Karena kejadian tidak terduga itu, mata pelajaran di jam pertama tidak dilangsungkan.

"Maaf pak, saya tidak bermaksud" ucap Naya. Sekarang ia berada di ruang rapat, bersama kepala sekolah dan beberapa guru lainnya.

Para guru juga tidak menyangka bahwa murid baru akan secantik itu, mereka tadi juga sempat mimisan sebelum dilangsungkan rapat.

"Nggak apa-apa nak, Bapak ngerti, ini bukan salah kamu" ucap pak Hendra, menghela napasnya.

BRAK

Ruang rapat terbuka dengan keras. Seorang pria dengan wajah datar dengan aura dinginnya, masuk ke ruangan.

Semua orang yang berada di ruangan menoleh kearahnya.

"Kak King" gumam Naya.

Edric mendekat kearah Naya, menarik tangan Naya dengan lembut, untuk berdiri.

"Ehh?" Naya bingung.

"Siapa yang suruh kalian bawa dia kesini?" tanya Edric dingin, rahangnya mengeras menahan emosi.

Guru, bahkan kepala sekolah takut pada Edric. Bagaimana tidak? Edric adalah cucu satu-satunya dari keluarga Alexander, pemilik sekolah Alexander.

Naya yang melihat itu, merasa tak enak dengan para guru yang hadir, lagipula ia di panggil hanya untuk formalitas saja. Ia tidak melakukan apa-apa, tidak akan dihukum.

"Kak" panggil Naya, Edric tidak mendengarnya.

"Kak King" Naya kembali memanggil, ia juga menggoyang tangan Edric yang sedang menggenggam tangannya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Edric, lembut. Walau wajah Edric terlihat datar, tapi Naya bisa merasakan kekhawatiran Edric.

"Aku nggak apa-apa" ucap Naya, menggelengkan kepalanya.

"Beneran?" tanya Edric, memastikan.

Naya melepas genggaman Edric, ia memutar tubuhnya. "Liat, aku baik-baik aja" ucap Naya.

"Syukur kalau nggak apa-apa" legah Edric, ia kembali menggenggam tangan Naya, Naya hanya pasrah melihat tingkah Edric yang aneh.

"Saya bawa Queen" Edric langsung menarik Naya dengan lembut.

"Ehh, kak pamit dulu yang bener sama guru. Nggak sopan tau, sama para pendidik" ceramah Naya.

"Tapi aku emang kayak gini".

"Ya udah, kalau gitu aku aja yang ngomong"

"Jangan"

"Hah? Kenapa?" tanya Naya, bingung.

"Pokoknya jangan" tekan Edric.

"Apa sih kak? nggak jelas banget deh" kesal Naya.

Edric, yang melihat Naya mulai kesal, terpaksa harus mengalah.

"Iya boleh" ucap Edric.

Naya mengabaikan Edric. Menurut Naya, Edric orang aneh yang tiba-tiba datang, nendang pintu, nggak sopan lagi sama guru, Edric mendapat minus di mata Naya.

"Pak, Bu, maaf ya atas kejadian tadi, walaupun masalah ini bukan karena di sengaja, tapi tetap saja, saya menjadi permasalahan utamanya dalam kejadian tadi" ucap Naya.

"Karena semuanya sudah dibicarakan. Saya pamit ke kelas dulu Pak, Ibu, mari" pamit Naya sopan.

Naya keluar duluan, Edric mengikutinya dari belakang. "Queen, udah sarapan belum?" tanya Edric.

"Udah" jawab Naya.

"Mau sarapan lagi nggak?"

"Enggak"

Firasat Edric mengatakan, bahwa saat ini Naya sedang marah dengannya.

"Kamu marah sama aku?" tanya Edric.

Teman-teman Edric, yang melihat itu, dibuat tidak percaya dengan kelakuan Bosnya, yang sangat berbeda dari biasanya.

"Itu beneran Bos?" tanya Daffa dengan wajah cengo-nya.

"Kayaknya bukan deh" jawab Angga, asal.

Mereka melihat Naya dan Edric berjalan menuju taman belakang.

"Ikutin?" tanya Leon.

"Jangan" jawab Vernon.

Queenaya dan Sistem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang