48🐱

6.6K 498 98
                                    

Pemuda itu tertegun sejenak, ia tahu bahwa Naya memiliki niat yang baik. Namun ia tidak bisa menahan perasaan malunya, telinganya memerah.

"Apa kau tak bisa melepaskan bajumu sendiri?" tanya Naya.

Naya tak menyadari bahwa pemuda itu merasa malu, ia hanya merasa bahwa pemuda itu tidak bisa melepaskan bajunya karena luka pada perutnya akan terasa nyeri bila pemuda itu mengangkat kedua tangannya.

"Bagaimana kalau aku menggunting bajumu? apa kau keberatan?" tanya Naya.

"Tidak apa" jawab pemuda itu, pelan.

"Baiklah, permisi" izin Naya.

Naya mengambil gunting, dan menggunting baju pemuda itu. Terlihat jelas luka tusukan, untungnya tusukan itu tidak terkena di area vital.

Naya mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum mengobati pemuda itu, setelah selesai ia kembali menuju ke pemuda itu.

Naya melihat bahwa lukanya tidak parah, hanya saja darahnya masih terus keluar. Ia menekan perut pemuda itu dengan kain kasa untuk menghentikan pendarahan, Naya terus melakukannya sampai darah berhenti keluar.

"Aku akan membersihkan lukamu terlebih dahulu sebelum mengobatinya, jika kau merasa sakit katakan padaku" ucap Naya.

"Emm" jawab pemuda itu, pelan.

Naya mulai membersihkan area sekitar luka, setelah selesai ia mengoleskan antiseptik di sekitar area luka untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

"Ssshh" ringis pemuda itu.

"Apakah sangat perih?" tanya Naya. Antiseptik yang ia terapkan mengandung alkohol, jadi tentu saja Naya mengerti mengapa pemuda itu kesakitan.

"Tahan sebentar, sedikit lagi akan selesai" ucap Naya.

Ia mengoleskan salep antibiotik untuk mencegah infeksi pada luka, lalu membalutnya dengan kain kasa. Pemuda itu melihat bahwa Naya terampil dalam mengobati, sehingga pemuda itu merasa bersyukur.

"Lukamu jangan sampai terkena air dulu, walaupun luka tusukannya ringan, tetap saja bisa terkena infeksi bila tidak di obati dengan baik. Kau harus sering mengganti perbanmu, jangan lupa oleskan salep ini pada lukamu sebelum mengganti perban" ucap Naya.

"Nah, ini obat yang aku beli di apotek tadi. Minumlah obat itu, setelah itu kau bisa beristirahat. Aku akan meminta Steven menyiapkan makan malam untukmu, agar kau bisa segera meminum obatnya lalu beristirahat" Naya memberikan obat itu pada pemuda itu.

"Terima kasih" ucap pemuda itu.

"Sama-sama" balas Naya, tersenyum.

"Namaku Galen" ucap pemuda itu, tiba-tiba.

"Aku Naya" balas Naya.

"Terima kasih Naya" ucap Galen kembali.

"Sama-sama, kau sudah mengucapkan terima kasih lebih dari sekali" canda Naya.

Galen sedikit canggung, ia tidak tahu harus bagaimana berkomunikasi dengan Naya. Galen di antar oleh Steven ke kamar tamu yang telah disediakan, setelah makan malam dan minum obat.

"Selamat beristirahat Tuan" ucap Steven.

"Terima kasih" balas Galen.

🐱🐱🐱

Mansion Dewangga.

Max beserta istri dan anaknya sedang duduk di ruang keluarga.

"Jadi, gimana caranya kita ngomong ama Queen?" tanya Ken, memecah keheningan.

"Papa bakal nyuruh asisten Papa buat nyari tau tentang Queen dulu" jawab Max. Ia langsung menghubungi asisten pribadinya untuk mencari informasi tentang Queen.

"Besok pagi, informasinya sudah ada" lanjut Max, setelah selesai menelpon asistennya.

"Okay, terus gimana cara ngomongnya? kita nggak mungkin tiba-tiba dateng terus bilang dia keluarga kita kan?" Ken kembali bertanya, ia sedikit cemas.

"Tentu saja enggak, kita deketin dia perlahan dulu. Kalau tiba-tiba langsung muncul, bisa di kira penipu kita" ucap Theo.

"Dam, menurut Abang, kamu aja yang deketin Queen" ucap Ken.

"Mama setuju, kamu kan kuliahnya disini. Jadi besar kemungkinan kamu bisa deketin Queen" ucap Lia.

"Aku nggak setuju" ucap Theo.

"Kenapa?" tanya Ken.

"Kita emang bakal deketin Queen secara perlahan, tapi bukan pakai rencana yang bertele-tele kayak gitu" jawab Theo.

"Lah, terus gimana?" tanya Ken.

"Menurut aku, sebaiknya kita semua ketemu ama Queen dulu. Terus ceritain masalah yang terjadi ama dia, terus kita kasih dia waktu buat nerima. Sementara Queen sedang mempertimbangkan, kita bisa mulai deketin Queen. Gimana?" saran Adam.

"Tapi, apa nggak tiba-tiba banget kita langsung nemuin Queen?" tanya Theo, ragu.

"Papa setuju ama Adam, cepat atau lambat Queen juga bakalan tau kalau kita keluarga kandungnya, dari pada nyusun siasat kelamaan, saran Adam bisa mempersingkat waktu" ucap Max, setelah lama diam.

"Kalau Papa setuju, Mama juga setuju. Lalu, kapan kita akan menemui Queen?" tanya Lia, antusias.

"Besok malam, besok pagi asistenku akan memberikan informasi tentang Queen" jawab Max, lembut. Ia mengelus lembut surai istrinya.

Semua putranya mendengarkan Ayahnya, lagipula Ayah mereka lebih berpengalaman. Asalkan adik bungsu kesayangan mereka kembali, tidak menjadi masalah bagaimanapun caranya.

"Kalau begitu, aku bakal nyiapin hadiah untuk pertemuan pertama ama si bungsu" ucap Ken, semangat.

"Mama juga bakalan nyiapin hadiah, ini pertemuan pertama Mama ama Queen setelah tau kalau dia putri Mama" ucap Lia.

Akhirnya mereka semua sepakat untuk pergi bersama ke mall.

Queenaya dan Sistem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang