24🐱

13.2K 952 18
                                    

Naya menghindar dan menendang kaki Laura, tepat di tulang kering.

"Akh" rintih Laura, kakinya terasa sakit. Ia terjatuh didepan Naya.

"Astaga, kenapa kamu berlutut? padahal aku nggak nyuruh loh" kaget Naya, yang dibuat-buat.

"Aku bantuin berdiri ya?" ucap Naya, lembut. Ia mendekat kearah Laura.

Laura yang melihat Naya mendekat kearahnya, merasa ketakutan, tubuhnya bergetar.

"Ja..jangan" gugup Laura.

"Kamu kenapa? aku cuma mau bantuin kamu berdiri kok" ucap Naya lembut, dengan senyuman yang manis.

Naya berdiri di depan Laura. "Akkhhh" teriak Laura kesakitan.

Naya menginjak tangan Laura dengan sengaja. "Ya ampun, kenapa kamu naruh tangan kamu disitu? maaf ya, aku nggak sengaja" ucap Naya, polos. Ia meminta maaf, tapi ia menyalakan Laura, karena menaruh tangannya sembarangan.

"Aku bantuin, berdiri ya?" Naya memegang pundak Laura.

Tubuh Laura bergetar hebat, ia ketakutan. Yang membuat Laura takut, bukan karena perlawanan Naya. Tapi kata-kata Naya, yang seolah tidak sengaja melakukannya.

Ketiga teman Laura ingin membantu, tapi mereka ketakutan. Sebenarnya, Naya menggunakan sedikit kekuatan mental miliknya untuk menyerang mental kelima pembully itu.

"Kita bertiga serang barengan aja" bisik Chika.

"Okay" jawab Bella dan Thesa, berbisik. Mereka bertiga memberanikan diri.

[Tuan, mereka bertiga akan menyerang secara bersamaan].

'Itu bagus, mengurangi banyak waktu' jawab Naya, dalam pikiran.

Bella, Thesa dan Chika menyerang secara bersamaan. Naya menghindar dari tendangan Chika, ia menendang Chika dan menabrak balok kayu.

PLAK
PLAK

Naya menampar Bella dan Thesa, ia menjambak rambut keduanya, dan membenturkan kepala keduanya.

Naya mendekat kearah Chika, dibandingkan yang lain, Chika sedikit lebih kuat dari teman-temannya.

"Kamu cukup hebat ya" puji Naya. Ia menarik rambut Chika dengan kasar.

Naya menyeret Chika kearah ember yang berisi air kotor, entah air bekas apa, Naya pun tak tahu.

"Aku denger, kamu pengen nyuci muka ya?" tanya Naya, asal.

Chika ketakutan. "Jangan pikir, lo bisa lolos setelah nyiksa kita, sialan" marah Chika.

"Ahh, ternyata kamu bukan mau nyuci muka ya, tapi pengen nyuci mulut kan? aku bantuin ya?" Naya memasukkan kepala Chika kedalam ember berisi air kotor.

Naya melihat Chika akan kehabisan napas, ia menarik rambut Chika agar bisa bernapas sebentar.

"Naya, liat aja, gue bakal bales perbuatan lo hari ini" geram Chika.

Naya kembali memasukkan kepala Chika kedalam ember. "Aduh, aku takut banget loh" ucap Naya, pura-pura ketakutan.

Naya kembali menarik rambut Chika, saat dirasa Chika akan kehabisan napas. Naya melempar Chika kelantai dengan kasar. Chika sangat lemas, ia terbatuk berkali-kali.

Naya menuju kearah Tasya yang bersandar pada dinding, ia menarik rambut Tasya dan menyeretnya. "Akkhhh" teriak Tasya, kesakitan.

Naya mengumpulkan kelima pembully itu. Lalu membuka ponselnya, menunjukkan sesuatu kepada lima pembully itu.

Kelimanya membulatkan matanya, tidak percaya. Semua bukti-bukti kejahatan dari keluarga mereka, ada di tangan Naya.

"Kalau kalian masih pengen hidup enak, dan masih mau ngerasain fasilitas yang kalian punya saat ini. Kalian harus tetep ngunci mulut kalian" ancam Naya, dengan suara dinginnya.

"Kalian ngerti kan?" tanya Naya dengan suara lembut, tapi tersirat ancaman.

Mereka berlima mengangguk dengan cepat. Naya benar-benar iblis untuk mereka, berbuat kejahatan dengan wajahnya yang seperti malaikat. Berbicara dan tersenyum lembut, tapi mata dan auranya mengintimidasi.

"Good girl" puji Naya.

Kelima pembully itu masih duduk dibawah lantai kasar, mereka kesakitan, tapi tidak bersuara.

Naya menoleh kearah Dinda. "Kamu baik-baik aja kan?" tanya Naya, lembut.

"Aku baik, makasih ya udah bantuin aku" ucap Dinda, tulus. Dinda sedikit takut pada Naya. Tapi melihat wajah Naya yang seperti peri, ia merasa Naya adalah orang yang sangat baik. Terlebih Naya membantunya, Dinda sangat bersyukur.

"Aku bawa ke UK--"

BRAK

Ucapan Naya terpotong dengan bunyi dobrakan pintu rooftop.

Mereka semua menoleh kearah pintu. "Queen" panggil Edric. Ia datang bersama teman-temannya, ada juga Shella dan Raina.

"Kak King" sahut Naya.

"Kakak ngapain?" tanya Naya.

Edric berjalan mendekat kearah Naya. "Kamu yang ngapain?" Edric balik bertanya.

"Ahh, aku mau nganter temen aku ke UKS, dia lagi sakit" jawab Naya, yang ia bicarakan adalah Dinda.

Edric melihat Laura dan teman-temannya yang terduduk lemas dilantai, mereka terlihat kacau.

"Terus mereka?" tanya Edric, ia merujuk pada Laura dan teman-temannya.

"Oh, mereka. Mereka juga temen aku, aku juga bakal bawa mereka ke UKS. Benerkan?" tanya Naya lembut, pada Laura dan teman-temannya, tapi ada ancaman dimata Naya.

"I..iya bener, Naya mau nganter kita ke UKS kok" jawab Laura.

Edric tidak peduli dengan apa yang dikatakan Laura, entah Naya berbohong atau tidak, ia tetap percaya pada Naya.

Teman-teman Edric, serta Shella dan Raina, tidak percaya dengan ucapan Laura. Karena sejak kejadian dimana Tasya dipukuli oleh Naya, mereka sudah berada ditangga rooftop dekat pintu. Mereka ingin segera masuk, tapi ditahan oleh Edric. Mereka mendengar semua yang dikatakan Naya pada Laura dan teman-temannya.

Naya mengetahui kehadiran mereka dibelakang pintu, tapi Naya tidak memperdulikannya. Ia akan tetap menjadi dirinya, terlebih ia hanya ingin membela orang yang membutuhkan bantuan, walaupun ia sedikit kejam.

Queenaya dan Sistem Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang