Waktu sudah berganti gelap, waktunya sang rembulan menyinari gelapnya malam dengan sinar cahayanya. Rumah bernuansa hitam berpadu dengan warna putih baru saja di datangi sosok laki-laki dengan seragam sekolah. Seragam yang masih tertata rapih tanpa adanya celah berantakan. Siapa lagi kalo bukan Cakra, pemilik sikap disiplin dan patuh.
Ia menghentikan motornya di garasi dengan mobil putih yang lebih dulu terparkir.
"Lo baru pulang?" Tanya Wangsa. Bersandar di sofa dengan televisi yang menyala adalah posisinya saat ini.
"Menurut lo?"
"Judes bener lo sama saudara sendiri! Akrab dikit kek." Cakra langsung menoleh, mendekat seraya duduk di samping Wangsa.
"Gausah ngusik gue, karena apa? Karna gue ga pernah ngusik lo! Dan gue ga suka di usik ataupun di tanya-tanya yang ga penting!" Bisik Cakra tepat di telinga Wangsa.
Dengan cepat Cakra beranjak pergi ke kamar. Sedangkan Wangsa masih tetap bertahan dengan posisi nyamannya saat ini.
Beberapa jam berlalu, Wangsa mulai mematikan televisi dan menaiki tangga untuk sebuah kamar di tingkat 2. Langkahnya terhenti tepat di depan kamar Cakra, keduanya saling bertatapan tanpa berbincang sesuatu.
Penampilan Cakra begitu rapih dengan celana panjang dan Hoodie hitam yang ia kenakan. Tidak lupa dengan topi dan kacamata bening yang bertengger di bagian atas.
"Mau kemana lo?" Tanya Wangsa. Cakra hanya berdecak, menyalip sosok laki-laki di depannya tanpa respon sedikit pun.
"Oh iya gue lupa, kan lo ga suka di usik," teriak Wangsa bernada ketus.
Cakra menyaut kunci mobil di atas meja, mengacungkan ibu jarinya pada teriakan Wangsa sebagai respon. Cakra tidak ingin mengendarai motor yang sudah tergores dengan sepeda tadi, terpaksa ia menggunakan mobil saudaranya yang ternyata juga tergores akan hal yang sama.
***
Cakra mulai memasuki sebuah cafe dengan aroma caramel yang memenuhi sudut ruangan. Aroma yang begitu tenang dan candu dalam indra pencium. Tidak sedikit orang yang menyukai aroma ini, kemungkinan 98% menyukai aroma caramel. Terutama caramel bioskop.
"Silahkan." Sosok gadis dengan celemek hitam menyodorkan daftar menu pada Cakra.
"Caramel satu." Cakra kembali memberikan menu itu kepada pelayan.
"Baik, silahkan di tunggu."
Tunggu, suara itu tidak asing bagi Cakra. Sontak ia langsung menatap pada pelayan itu dan memanggilnya.
"Eh bentar, coba muka lo ngadep sini." Pelayan itu sontak berbalik dengan ragu. Menundukkan pandangannya dan menyembunyikan di balik topi hitam yang ia kenakan.
"Sejak kapan muka pelanggan ada di bawah? Perlu kah gue ngeliat muka lo dari bawah?" Kinan langsung menaikkan pandangannya dengan perlahan. Memberanikan diri menatap laki-laki itu.
"Lo anak baru di SMA Andromeda kan? Yang ngelecetin motor gue, iyakan? Si cewe yang naik sepeda pink?" Cakra terus menunjuk seraya bertanya tanya pada Kinan.
"Iya, silahkan tunggu pesanannya." Kinan langsung bergegas cepat pergi membuat pesanan Cakra. Jujur saja, ini adalah hari pertamanya bekerja di cafe 'D ramel'. Cafe yang memiliki ciri khas caramel di dalamnya.
"Ini pesanannya, selamat menikmati," ucap Kinan berusaha sopan tapi terhalang dengan sikapnya yang dari tadi ketakutan.
"KINAN INI ADA PESANAN LAGI." Pelayan lain memanggil Kinan dengan lambaian, tidak buang-buang waktu lagi ia langsung enyah dari hadapan Cakra. Kan memang itu yang ia inginkan dari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...