CKRS|9

34 26 13
                                    

Pagi ini Kinan harus berolahraga ekstra yang dimulai dari terbitnya matahari hingga terpancarnya sinar cahaya panasnya. Kali ini bukan joging, melainkan berangkat ke sekolah berlari tanpa menggunakan kendaraan. Selain masalah sepeda nya yang belum kelar - kelar, tas kecil Kinan juga hilang entah kemana, dan pastinya berisi uang.

"Duh gak ada yang niat nebengin gue gitu?" Kinan mengusap dahinya yang sudah dialiri keringat.

Ia mengulum bibir, wajahnya kusut sepanjang perjalanan sembari mengoceh seperti orang tidak waras.

"Andai hidup gue kayak sinetron Dilan, mungkin kali ini gue bakal dibarengin cowok. Terus dia nanya, aku ramal nanti kita ketemu di kantin. Nah terus gue pura-pura jual mahal, dan terpaksa gue dibonceng," Ucapnya bercerita.

"Tapi itu mustahil, sekarang muka gue udah berminyak kayak orang habis goreng gorengan," Rengeknya.

"Heh sepeda pink, lo ngapain?" Celetuk seseorang disebelah Kinan.

Gadis itu langsung terpenjat kaget melihat Wangsa berada di dalam mobil, lebih tepatnya lagi ia menyeimbangi langkah Kinan dengan melajukan mobilnya perlahan.

"Masuk," Titahnya.

"Nyuruh?"

Wangsa mendengus kesal dengan gadis sok jual mahal ini. "Yaudah." Singkatnya langsung menambah kecepatan mobilnya.

"ANGSAAA." Kinan langsung berlari menyusul mobil Wangsa yang belum jauh. Tanpa banyak bicara ia langsung masuk ke mobil seraya mengoceh.

"Kalo ga karena terpaksa juga ogah gue bareng lo Sa."

"Banyak bacot, udah numpang, duduk di kursi belakang lagi dih. Nyonya lo?" Oceh Wangsa menatap sinis dari spion.

Kinan tersenyum menyilangkan kakinya seraya bersandar. "Iya nih, ke sekolah ya om."

"Untung lucu, kalo engga udah gue buang lo," Gumam Wangsa. Percaya deh, dia sempet nyengir malu malu kucing.

Mereka berpisah di parkiran, Kinan dengan sikap cerianya hanya berterima kasih seraya menepuk bahu Wangsa.

"Makasihhh yaaa, besok-besok kalo mau jemput gue juga gapapa." Kinan tersenyum full hingga matanya membentuk garis hitam.

"Jan kebanyakan nyengir! Gigi sama mata lo kondisiin, gigi kering mata mendelep. Hahah anjrit," ejek Wangsa bahagia.

🚲🚲🚲

"Nan." Sosok Cakra berlari menyusul Kinan dengan tas kecil yang ia pegang. "Punya lo?" Tanya nya seraya menentengkan tas itu di wajah Kinan.

"Iya."

"Darimana lo dapet gantungan ini?" Tanya Cakra sekali lagi pada gantungan sapi yang ada di tas itu.

"Dari Wangsa kak, kembarannya Kak Cakra," Jawab Kinan biasa. "Makasih ya kak, Kinan kira tas Kinan hilang."

Mendengar jawabannya, Cakra sontak menarik gantungan itu dari tas Kinan dengan kasar. Bahkan gantungan dan pengaitnya saat ini sudah tidak bersatu.

"Kak! Itu punya Kinan," Serunya seraya menyaut tas itu.

Seruan Kinan cukup keras hingga membuat Zahwa dan yang lainnya langsung terpanggil.

"Bang Cak, kenapa?" Tanya David santai. "Masih pagi kok udah ngebentak cewek bang." David menepuk bahu Cakra.

"Kak Cakra kenapa sih, ada masalah apa sama Kinan kak? Coba share ke Zahwa, biar Zahwa yang nyelesaiin," Kata Zahwa.

"Shar sher shar sher, lo kira pesan tugas wa. Bego," ketus Cakra menatap mereka sinis.

Refleks Daffin yang baru datang langsung merangkul Cakra. "Kak Cakra ngomong sama Daffin yu, soalnya ga enak kak kalo ngomongnya kasar."

CAKRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang