CKRS|6

38 29 7
                                    

"Gila gila gue harus pergi."

Kinan terus menggerutu, tingkahnya saat ini seperti seorang maling yang menjadi buronan dengan sejuta keamanan yang mencarinya.

Bugh

"Jalan pake mata." Wangsa menatap tajam Kinan. "Heran, cantik tapi ngang ngong ngang ngong," Cibirnya ketus.

"Gue rasa, udah waktunya gue menyudahi permusuhan. Gue harus punya temen." Batin Kinan.

"Wangsa," panggil Kinan. Ia berlari kecil mendekat kearah laki-laki tinggi itu.

Wangsa menghela. "GAUSAH DEKET-DEKET." Refleks jari telunjuknya menjauhkan dahi Kinan darinya.

"Jadi temen gue mau?" Kinan mengulurkan tangannya. "Gue Kinan Samitha Kirana," katanya tersenyum.

"Apasih."

"Kita ulang dari awal ya, maafin gue udah kasar sama lo," mohon Kinan.

Wangsa mulai mengangkat telapak nya untuk membalas jabatan Kinan. "Gue Cakrawangsa Adinata Pramana, bisa panggil gue Wangsa, Adinata, Nata, sayang juga boleh."

"Sayang?!"

"Iya sayang, dengan senang hati," Wangsa tersenyum manis, sampai-sampai senyumnya itu membuat matanya tertutup.

"Sabar Nan, lo gaboleh emosi. Lo butuh dia," Batinnya. Kinan mengelus dadanya sambil menggeleng pelan.

"Gue mau ke kantin, kalo lo ikut ayo, kalo engga terserah. Ada Zahwa di sana."

Tak pikir panjang, Kinan membuntuti Wangsa. Kini keduanya sudah menjadi teman baik, bahkan Kinan mulai banyak bicara pada laki-laki itu.

🚲🚲🚲

"Cakra, gue harap lo ga lupa buat laporan."

"Gue masih muda, ga mungkin juga gue amnesia," jawabnya.

Cakra mulai melajukan motornya itu, menyalip beberapa siswa yang sibuk dengan asmaranya di pinggir jalan.

"Kalo pacaran jangan sampe bego," Cetus Cakra saat berhenti menunggu antrian.

"Untung OSIS."

Jujur saja, laki-laki ketus seperti Cakra memang mustahil untuk jatuh cinta ataupun sekedar memiliki rasa. Namun para kaum hawa bercita-cita untuk menjadi kekasihnya.

Katanya biar kayak wattpad hidupnya, hidup dengan cowok sedingin kulkas 1000 pintu. Uwu tapi mustahil ysy

Saat lampu jalanan menunjukkan warna merah, Cakra berhenti menunggu beberapa orang menyebrangi jalan. Yaiyalah taat peraturan, yakali brutal.

Tepat di sebelahnya, sebuah mobil putih dengan sosok familiar yang Cakra kenal kini tengah tertawa riang dengan seorang gadis di sebelahnya. Rasanya Cakra ingin sekali membuka mobil itu dan membuktikan siapa yang ada di sebelahnya, tapi lampu hijau justru membatalkan niatnya.

"Ck."

Cakra tak lagi menghiraukan adiknya itu, ia justru lebih memilih pulang dengan arah kanan lalu menikmati empuknya kasur.

"Nanti aja cari gara-gara sama Wangsa nya, sekarang waktunya healing."

Cakra melempar tasnya di kasur seraya membaringkan tubuhnya. Matanya menatap langit-langit kamar, sesekali ia menggeser layar ponselnya untuk mencari alunan musik yang cocok. Katanya memandang fokus, namun ingatannya selalu terbayang dengan sosok Kinan.

"Tu cewe anak siapa ya? Bisa-bisanya di tengah gempuran stresnya tugas, dia bisa kerja di cafe."

"Gue pengen tau asal usulnya tu cewek."

CAKRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang