Dua hari berlalu Kinan mulai menunjukkan wajahnya di sekolah dan langsung disambut dengan pertanyaan umum dari teman-temannya. Kinan mendapati kursinya yang diisi dengan tas, siapa lagi kalau bukan Zahwa yang ingin menguasai dua bangku itu.
"Wah udah sembuh ya, jangan sakit-sakit lagi ya, ulangan lo numpuk noh," seru Andin, Sekertaris kelas IPA 1.
Baru dua hari Kinan tidak masuk sekolah dan sudah banyak anak yang berantusias cerita tentang keseruan yang selama ini terjadi saat ia tak masuk sekolah.
Kalian merasakan gak? Satu hari gak sekolah rasanya ada hal special yang sayang banget buat kalian tinggalin.
"Dua hari doang gue ga sekolah, tapi rasanya kayak ga sekolah satu tahun, banyak banget momen seru sialan," batinnya.
Kinan memutar bola matanya ke seluruh ruang kelas, mencari sosok Wangsa yang dari tadi tak mengganggunya. Dan di bangku belakang sebelah lemari, laki-laki itu bersantai dengan ponsel miring sekaligus berseru dengan kata-kata kasarnya itu.
Wangsa menghentikan jarinya, menghela melihat Kinan mulai fokus menatapnya. "Ikut gue sekarang," pintanya langsung memegang tangannya.
"Tumben serius mukanya, biasanya lawak mulu tu anak," cibir Daffin.
"Yee elo, cowo diem tapi sekalinya ngomong pedes bener," sewot Andin sinis.
"Ganteng tapi ga berattitude," sambung Zahwa melirik tajam. "Jisss najiss."
Daffin hanya menghela membuang bmnyka, ia malas berurusan dengan gadis ini lagi. Lebih tepatnya tak ingin dihajar Kinan.
Dua siswa itu kini berdiam diri di perpustakaan, duduk di bangku panjang yang langsung menghadapkan mereka ke arah pemandangan lapangan. Hijau dan di penuhi kakak kelas yang tengah bermain basket, tebar pesona dengan keringat yang membasahi baju mereka.
"Bibi udah cerita semua dan jujur gue ikut minta maaf sama apa yang dilakuin Cakra, sumpah gue gak tau kelakuan dia selama ini," jelas Wangsa.
"Gapapa, gue udah lupa itu kok, gue tau niat di baik, cuma kurang edukasi aja," Kinan meringis.
"Apa yang bisa gue perbaiki sekarang buat kelakuan Cakra? Tuh anak emang ga pernah bisa ditebak kelakuannya, jadi gue gak bisa berbuat apapun saat itu." Wangsa memposisikan arah duduknya pada Kinan.
"Gak ada, gue udah terima semua kok, gak masalah," elak Kinan sekali lagi.
"Nih." Wangsa mengeluarkan pasta yogurt blueberry. "Gue tau lo suka ini, bibi yang ngasih tau."
Kinan tersenyum, menunjukkan jajaran gigi rapihnya."Ya ampun bibi perhatian banget si," girangnya langsung menyantap yogurt itu.
"Apa-apaan bibi perhatian, gue loh itu yang beli Nan, gue juga yang kasih ke lo."
"Tapi kan bibi yang tau duluan, tanpa bibi pun lo gak akan tau kalo gue suka sama yogurt blueberry," cerocosnya cerewet.
"Nyenyenye tau ah semerdeka lo aja, CEWEK!!"
Kinan menyeruput yogurt itu, wajahnya berseri nikmat usai dingin dan asamnya yogurt menyentuh indra pengecapnya. Wangsa hanya menghela, melihat sosok laki-laki yang melambaikan tangan ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...