CKRS|33

4 0 0
                                    

Weitss sebelum lanjut, aku mau denger semangat kalian dulu.
Sejauh ini siapa yg bikin kalian greget?!

Spill namanya disini skrg juga!!

🚲🚲🚲

Lampu kuning yang menghiasi bangunan marmer dengan tatanan meja dan bunga di atasnya membuat suasana tersendiri malam itu. Lilin aromaterapi menjadi aroma khas yang mengisi kehampaannya.

Seorang wanita berbaju biru muda dengan rambut yang tertata bergelombang baru menapakkan kakinya di lobby. Para pelayan mulai menyambutnya dan menggiringnya untuk duduk di kursi yang sudah di pesan. Matanya melihat ke meja yang baru dihiasi lilin dan bunga.

"Nona Kinan, perlu sesuatu?"

Kinan menggeleng pelan seraya tersenyum, beberapa kali ia menggaruk tumitnya gatal yang jelas tak nyaman menggunakan high heels 3 cm itu. Ia melihat sekitar yang tak menunjukkan pelanggan lain selain dirinya, kecuali dengan para pelayan yang sudah berdiri tak jauh darinya.

"Happy birthday."

Kalung permata melingkar di leher Kinan, membuatnya sontak kaget usai besi mahal itu menyentuh leher hangatnya. Kinan menoleh ke arah tangan itu, menemukan sosok Cakra dengan jas formal yang sangat rapih.

Tampan, itu yang ingin Kinan ucapkan sekuat-kuatnya. Tapi pada akhirnya ia hanya mematung menerima segala perlakuan yang Cakra berikan.

Kinan memegang liontinnya. "Kenapa kalung, ini mahal Ra," ucapnya pelan tak ingin terdengar para pelayan di sana.

Cakra menaruh jari telunjuknya di bibir, meminta Kinan untuk tetap tenang di kursinya seraya menikmati hidangan yang baru datang. Kue ulang tahun yang sangat mini dan mewah sekaligus hidangan lainnya.

"Aku siapin semua ini khusus buat kamu," ucap Cakra seraya memotong daging. "Aku pengen ulang tahun kamu spesial."

Kinan sama sekali tak berucap, ia hanya mencoba mencerna makanan yang masuk dan selalu membenahi cara duduknya. Jujur saja, Kinan sebenarnya tak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan, pakaian yang sempat Cakra beli waktu itu untuknya. Terlalu feminim dan pendek.

Cakra meletakkan alat makannya di piring, perlahan ia berdiri dan mendekat kepada Kinan. Merendahkan tubuhnya seperti berlutut menatap Kinan lebih dalam, tangannya perlahan memegang dagu Kinan. Matanya mulai menutup dan Kinan ikut hanyut dalam sentuhan lembut kekasihnya.

Ting.....

Matanya terbuka, suara itu membangunkan hanyutan mereka, membuat Kinan langsung mengibaskan tangan Cakra dari dagunya. Ia melihat ke arah jajaran pelayan yang terlihat salah tingkah, Kinan beranjak meminta untuk diantar ke toilet.

"Aku ke toilet dulu," ucapnya.

Cakra mengangguk, ia membuka ponselnya dan melihat nama Wangsa di layar notifikasi. Cakra kembali menutup ponselnya, berpikir pesannya berisi hal sepele yang tak perlu dihiraukan.

Malam itu hari mereka berdua berjalan lancar, sikap Kinan yang tiba-tiba menjadi anggun dan tak aktif membuat Cakra semakin terpukau. Keduanya berdansa kecil dengan iringan musik biola yang indah.

Kinan menatap Cakra, begitupun sebaliknya. Malam yang tak pernah ada di bayangan Kinan kini ia rasakan. Menari layaknya seorang putri kerajaan dengan pangeranya, Kinan pernah bermimpi soal hal ini, terinspirasi oleh kartun yang membuat angan-angannya hanya sebatas putaran di pikirannya.

CAKRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang