Para siswi berseru ria di tribun lapangan basket melihat pertandingan antara kelas 10 dan 11. Bukan pertandingan yang mereka lihat, melainkan pesona para pria dengan keringat yang sudah membasahi seluruh tubuhnya.
David berlari menggiring bola, melewati tim lawan dengan gesit. Ia mampu meraih ring dan mencetak gol pada permainan, sesekali ia tebar pesona dengan mengedipkan satu matanya pada para siswi.
Iya kalian pasti juga pernah merasakan kebahagiaan itu, apalagi kalau rambutnya basah, apa gak tersepona tuh.
"Aaaaaaaaaa."
"Apaan sih, genit banget," decak Zahwa kesal seolah ingin menjambak rambut siswi di depannya.
"Tapi ganteng kan?"
"Iya."
"Eh?"
Kinan langsung tertawa melihat ekspresi Zahwa yang panik saat keceplosan. Selain menyemangati David, Kinan juga bersorak untuk Kenzie, laki-laki yang satu itu terus mencoba mencuri perhatian Kinan dengan melambai ke arah kubu nya. Tapi saat ini mata Kinan menuju pada lorong kelas yang menunjukkan punggung seseorang yang ia kenal.
"Itu Cakra bukan si?" Tanya Kinan seraya berjinjit meraih pandangannya, berkali-kali Kinan menyipitkan matanya untuk mendapat gambaran jelas sosok itu.
"Iya, udah sini aja, tu orang lagi sibuk banget kayaknya."
Menuruti perintah Zahwa? Tentu tidak, sosok Kinan langsung lenyap di sebelahnya. Ia mengejar Cakra yang perlahan mulai menghilang dengan seorang gadis.
"Cakra," panggil Kinan bergegas mendekat pada laki-laki itu.
"Gua tinggal aman kan? Ini tinggal diganti aja kok font sama dafpus nya."
"Oke Ra, gue tinggal ya, salam ke pacar lo," pungkas Tania.
Kinan berjongkok kelelahan dengan napas tersengal-sengal, tangan kanannya memegang dada dan wajahnya tengadah melihat Cakra yang hanya diam.
"Gue kangen sama lo, lo kenapa Ra?" Tanya Kinan yang masih berusaha mengontrol napasnya, wajahnya terlihat girang. "Gue salah apa sama lo? Gue minta maaf kalo emang gue ga sadar itu."
"Nan, gue mau kita putus."
Deg... Kinan yang tadinya berusaha mengatur bicara dan napas nya seketika terdiam. Matanya membulat kaget dan wajahnya basah bercucuran keringat. Napasnya benar-benar berat saat ini.
"Gue maafin kok soal lo peluk Ella kemarin Ra," otot Kinan mencari pembelaan, ya walaupun Cakra tidak membahas itu. "Gue ga masalah soal itu, fine, gue tau lo niatnya bantu Ella." Kinan terkekeh kecil memandang wajah Cakra yang sangat-sangat datar melebihi triplek itu.
"Bukan soal itu, gue cuma-" bibir Cakra tak bersuara, ia menghela panjang. "Bosen aja sama lo." Cakra langsung berbalik membelakangi Kinan yang setia memasang wajah terkejut itu.
Jujur saja kali ini bukan hanya perasaan Kinan yang hancur, tapi Cakra juga merasakan hal yang sama. Wajah Cakra merah, tangannya mengepal seolah ia ingin meluapkan seluruh kebodohannya.
"Gue gak mau sampe lo menderita gara-gara gue," gumamnya.
Kinan mendengus panjang, "CAKRA!" Teriaknya langsung melangkah sejajar dengan laki-laki itu. Sontak tangannya melayang cepat dan membuat bunyi renyah di wajah Cakra.
PLAK..
"Gue kira lo ngejauh selama ini itu buat selesaikan masalah lo sama bokap lo itu, tapi sekarang gue denger sendiri dari mulut lo yang dengan entengnya lo bosen sama gue."
Cakra diam sambil memegang pipi kirinya yang masih panas terkena telapak Kinan. Ia menatap mata Kinan yang penuh amarah, Cakra paham, ini salahnya dan lebih baik ia tidak membantah perkataan Kinan sedikitpun.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...