"Nih gue balikin." Kinan menyodorkan Hoodie hitam itu kepada sosok laki-laki yang duduk di bangku taman. Sosoknya begitu dingin dan tenang. Siapa lagi kalo bukan si ketua OSIS kita yang begitu tampan.
"Tanpa lo cuci?"
"Udah gue cuci kok, tinggal terima aja nih." Kinan memaksa, meletakkan Hoodie itu di pangkuan Cakra dengan kasar.
"Tapi barusan lo pake, kotor lagi, cuci." Cakra kembali mengembalikan Hoodie miliknya.
"Cakra, kita ke ruang OSIS sekarang," ujar Ella. Tangannya memegang lengan Cakra, tanpa kata-kata lagi, Cakra ikut dengan Ella.
"Oh, mereka pacaran, cocok deh sama sama es," gumam Kinan sinis. Wajah Kinan begitu tidak terlihat semangat saat membatin hal itu. Bagaimana bisa ia memiliki Hoodie dari seorang laki-laki yang sudah memiliki kekasih.
🚲🚲🚲
"Heh sepedah pink!" Teriak Wangsa. Ia meninggikan tangan kanannya untuk mendapatkan perhatian Kinan. Gadis itu hanya menoleh seraya menyedot juice mangga nya.
"Nan, si angsa manggil lo tuh," ujar Zahwa. Kinan hanya menggeleng, tidak berminat untuk tertarik pada kerumunan benalu itu.
"Udah ayo, di sana ada Daffin." Zahwa menarik tangan Kinan dengan paksa. Daffin adalah satu-satunya alasan Zahwa memaksa Kinan untuk pergi ke meja ujung.
"Hallo cewek," sapa David dengan menaik turunkan alisnya. "Gak ada yang mau di godain sama bang David nih? Mumpung lagi banyak stock gombal."
"David gue boleh minta foto lo?" Zahwa mengeluarkan ponsel dari saku almamater. Wajah David seketika sumringah, dengan semangatnya ia ikut mengeluarkan ponsel nya.
"Dengan senang hati sayang," kata David membuat Wangsa dan yang lain mendelik. Sungguh, kisah cinta mereka benar-benar rumit.
Seorang Zahwa menyukai Daffin, sedangkan David menyukai Zahwa dengan sepenuh hati. Begitupun dengan Daffin, menyukai seorang gadis yang satu frekuensi dengannya. Andriana Gabriella, dialah yang di kagumi oleh Daffin.
"Btw buat apa Zah?" Tanya Wangsa. Laki-laki ini di buat penasaran dengan tingkah keduanya.
"Buat di taro di buku Yasin."
"Anjir." Sontak semua tertawa dengan ucapan Zahwa. David langsung di buat kaku dengan ucapan yang membuat hatinya tergores, tertusuk dan terpanah.
"Sesadis itu lo sama gue wa?" David memelas miris.
"Gimana sih, ada temen baru itu diberi perhatian. Bukan malah asik sendiri," Ketus Daffin sinis. "Btw, rumah lo di mana Nan? Iyakan namanya Kinan?"
Sopan ya nanya nya, se sopan dia masuk hatimu. Ciakhh.
"Jalan Mawar daerah taman Wilona."
"Waw, keren dong yah. Karena setau gue rumah daerah taman Wilona itu hampir semua bangsawan, dan ya rumahnya ga sederhana," Jelas Daffin kagum.
Bukannya Kinan bangga, tapi justru dia dibuat ketar-ketir dengan deskripsi Daffin mengenai rumahnya. Padahal jelas-jelas kenyataannya bertolak belakang dengan apa yang ia katakan. Yang dimaksud Daffin itu pusat taman Wilona, sedangkan Kinan berada jauh di gang belakang taman Wilona.
"Mobil gue masih tergores Nan, gue harap lo ganti," Celetuk Wangsa.
"Apaansih lo, orang kaya berkedok melarat ya lo? Dari dulu lo nagih ganti mobil lecet ke Kinan terus," Sewot Zahwa dengan kecepatan maksimal.
"Astagfirullah Zahwa, mulut lo. Baru kemarin gue minta dan lo anggep dulu? Dulu nya itu tahun berapa Wa, astagfirullah ngeri banget mulut lo." Wangsa mengelus dada seraya menggeleng pelan usai mendapat respon dari teman Kinan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Genç Kurgu"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...