Pantulan cahaya bulan terlihat di air kolam yang biru, suasana malam yang dingin semakin membuat tenang. Cakra duduk di kursi seraya menatap bintang dan bulan. Bersandar mengangkat satu kakinya dan sesekali tersenyum.
"Mas, ini ya." Cakra menoleh ke arah nampan yang dibawa Bibi, dua juice jeruk dan cake cokelat. "Makasih Bi."
Cakra beranjak, memasukkan jarinya ke dalam saku dan berdiri tepat di tepi kolam. Sesekali ia menoleh ke dalam, mencari sosok Kinan yang sama sekali belum terlihat.
"Tadi ke sini naik apa?" Tanya Cakra yang merasa kehadiran Kinan di pintu. "Kok tiba-tiba udah di dalam tadi?"
Kinan melangkah lebih dekat, berdiri sejajar dan melihat wajah Cakra dari samping. "Naik ojol tadi, soalnya kalo naik sepeda ga mungkin juga, udah malem." Kinan menunduk.
Cakra menoleh kepada Kinan, melihat pandangannya yang tertunduk, Cakra memegang dagu Kinan dan memposisikan wajahnya saling berpandangan saat ini.
"Cantik, masa cewek secantik ini naik ojol? Kenapa ga minta jemput?" Cakra melontarkan tatapan dalam pada Kinan, jujur ini pertama kalinya Kinan terpaku menatap laki-laki itu.
Refleks Kinan menyingkirkan tangan Cakra dari dagunya, tersentak kaget hingga ia sedikit memundurkan diri dari Cakra.
"S-sorry," ucap Cakra yang melihat Kinan gelisah. "Gue cuma mau lebih deket aja sama lo."
"K-kita duduk aja Kak."
Cakra mengiyakan permintaan Kinan, langsung duduk dan mengambil segelas juice di meja. Ia mengusap bibirnya, menghela dan sesekali melihat Kinan.
"Gue minta maaf soal rumah itu, gue gak tau kalo semuanya berharga bagi lo, Sorry."
"Gapapa, aku udah lupain itu kok, sekarang aku udah nyaman sama rumahnya, makasih ya." Kinan mengambil cake di sebelah gelas juice, ia mulai memotong sedikit dengan garpu.
"Gue suka sama lo."
Sontak bibirnya kaku dan berhenti mengunyah, Kinan langsung meletakkan piringnya kembali seraya meminum juice. Ia beranjak dari kursi, menatap Cakra dengan heran.
"Maksudnya? Ini bercanda kan?" Tanya Kinan. "Kalo ini bercanda gapapa kok Kak, bilang kalo ini bercanda, iyakan?" Sewotnya seraya meminta kepastian atas ucapannya itu.
Cakra mengangkat pandangannya, melihat wajah Kinan. "Engga, gue serius."
Kinan menggeleng, "gak, gak mungkin Kak Cakra suka sama Kinan, suka sama aku dari mana Kak?" Ototnya. "A-aku mau pulang."
"Tunggu, duduk dulu." Cakra memegang lengannya lembut, perlahan meminta Kinan untuk kembali ke kursinya.
Kinan sebenarnya gengsi untuk mengeluarkan reaksi salting di depan Cakra, ia lebih memilih heran dan banyak tanya pad laki-laki itu.
"Ni cowo pasti bercanda, sifatnya ga pernah bisa ditebak soalnya, kalo dia confes ke gue, terus Ella gimana coba" batin Kinan.
"Kak, tolong bercandanya jangan kayak gini ya," ujar Kinan menurunkan pandangannya. "Bukannya gimana kak, saya cuma takut aja."
"Takut? Kenapa?" Tanya Cakra melontarkan pandangannya penuh ke wajah Kinan. "Takut gue apaain?"
"Dia mau jadiin gue second choice nya apa gimana si?" Batinnya.
Kinan tak berani mengangkat pandangannya, yang ada dipikirannya saat ini hanya khawatir akan hubungan Ella dan Cakra yang nantinya hancur. Siapa lagi yang disalahkan jika bukan Kinan.
"Mas, ada tamu di luar," ujar Mbak Dini mencairkan suasana.
Cakra menghela,"jangan kemana-mana, gue keluar ke depan dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...