Brak...........
"Lo gimana si, jalan emang pake pake kaki, tapi mata juga dipake dong, ah bikin kerjaan orang aja lo," oceh Arya seraya membungkuk memunguti barang yang jatuh.
Bahkan selama ia mengambil barang terakhir pun ia tetap mengoceh tak ada habis-habisnya, hingga saat sosok laki-laki dihadapannya itu membuka topi, seketika Arya terdiam. Ia sontak memukul lengannya dan berseru.
"CAKRAAAAA."
Seruannya terlalu kuat hingga Della, partner kerjanya itu ikut terkejut dan menghampiri Arya dengan barang-barang yang masih ia dekap.
"Loh Mas Cakra di sini?" Celetuk Della seraya meletakkan barangnya di troli. "Ini lo ngapain si teriak-teriak, bikin malu aja lo," sewot Della langsung memukul kepala Arya.
"Mau beli buah buat di rumah, tapi kebetulan ketemu kalian, mau barengan aja gak?"
Arya menoleh ke arah Della, menggeleng pelan dan melotot seolah mengkode untuk tidak menerima tawaran Cakra. Sedangkan Della sama sekali tak peduli, ia langsung tersenyum dan mengangguk.
"Lo bawa ni barang, gue temenin si Cakra dulu, lumayan cuci mata, mumpung nemu yang ganteng."
Arya masih fokus mencari bahan yang sudah di list, sedangkan Della berada di rak buah dengan Cakra, sesekali gadis itu mengkis jarak dan menatap Cakra dengan serius. Tampan memang, tapi ingat bahwa partner kerjanya juga sering bercerita tentang lelaki ini.
"Ini manis gak ya?" Tanya Cakra seraya mencium bagian buahnya.
"Manis kayak kamu, aku juga pengen dong dicium-cium gitu," ucap Della dengan mata berbinar.
"Hah? Gimana-gimana?"
"Oh engga, ininih yang manis," kejut Della langsung bangun dari haluannya. Refleks memegang mangga dan ikut mencium kulitnya.
Cakra sudah selesai dengan pilihannya, ia menoleh ke arah lain melihat sosok Arya yang sudah hilang entah kemana. Sebenarnya Cakra bingung apa yang harus ia lakukan sekarang pada gadis yang berdiri di hadapannya dengan tatapan kagum. Atau bahkan bukan kagum, tapi obbses mungkin?
"Kamu mau beli sesuatu gak? Aku beliin," tawar Cakra membuat Della sumringah.
Della langsung menyeret tangan Cakra dan membawanya ke rak elektronik, mengambil lampu tidur berbentuk bintang yang terlihat cukup indah. Della mengangkatnya seraya menunjukkan label harga dengan senilai sembilan ratus ribu rupiah.
"Ini boleh? 900.000 loh."
"Iya gapapa."
Cakra mengantri di kasir, melihat sosok Arya duduk di kursi menikmati ice cream seraya melihat Cakra yang masih sibuk dengan Della. Bukan apa-apa, ia hanya risih dengan sikap Della yang terlalu berlebihan hingga membuat orang sekitar ikut risih dengannya.
"Kita makan dulu yuk, gue yang bayar," ajak Cakra langsung membuat Arya sumringah. "Kita ke sana ya, pesan apa yang kalian suka aja."
Della dan Arya menikmati pesanannya, sedangkan Cakra hanya menikmati lemon tea seraya melihat mereka. Sesekali ia bertanya apakah makanan itu enak apakah tidak.
Kalian pastinya tahu apa rencana Cakra saat ini, ketidaksengajaan berujung kesempatan dalam kesempitan gak si?
"Gue mau nanya soal Kinan," celetuk Cakra.
"Oh Kinan," sahut Della seraya menyeruput ice nya. "Ceritain gak?" Bisik nya pada Arya.
Arya mengusap bibirnya dengan tissue, menghela panjang dan mulai menatap Cakra serius.
"Tiap hari kita dengerin dia curhat tentang lo, beberapa hari lalu lo sempet ribut sama dia kan? Sebenarnya dia nyesel udah marah kayak gitu."
"Nah, dia mau minta maaf, cuma kebetulan lo katanya lagi Diklat ya? Akhirnya gak jadi and ya, sekarang lo udah ada di sini, dia di sekolah minta maaf gak?" Tanya Della langsung dijawab menggeleng oleh Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...