CKRS|34

2 0 0
                                    

"Mas, ada tamu di bawah."

Mbak Dini mengetuk pintu Cakra di pagi hari, membangunkan Cakra sekaligus Wangsa dari mimpi indahnya. Wangsa membuka pintunya, melihat Mbak Dini sibuk mengetuk pintu Cakra yang masih belum mendapat respon.

"Mbak, kenapa sih," ucapnya sambil mengucak matanya. "Cakra lagi galau, jangan di ganggu."

"Ada tamu Mas."

"Nanti saya yang temuin dia."

Wangsa memakai jaket dan keluar menemui tamu yang dimaksud mbak Dini. Sosok gadis bercelana panjang dengan cardigan hitam dan tangan lentiknya yang memegang tas. Ella, wajah segarnya membuat Wangsa seketika terpukau.

"Ng-ngapain di sini?" Ucap Wangsa gugup. "Cakra gak bisa diganggu, ketemu sama gue aja."

Ella mengibaskan rambutnya hingga mengenai mata Wangsa,"gue denger hubungan dia sama Kinan lagi diambang hancur ya? Bokap lo aja gak suka sama gue, apalagi sama Kinan. Gue saranin lo jauhin Kinan dari Cakra sebelum Kinan menderita."

Wangsa memegang tangan Ella, menyeretnya pergi keluar. "Mending lo pulang kalo cuma mau ngomong gini, tanpa lo ajarin pun gue udah paham."

"Gue suka nih, gue ga dapetin Cakra ya Kinan juga engga. Btw Kinan lagi dapet perlakuan keras tuh di cafe," pungkas Ella seraya memberikan kotak makan pada Wangsa. "Buat kalian."

Ella sebenarnya tak seniat itu untuk menemui mereka, ia hanya ingin memberikan kue buatan Renatta pada mereka sebagai ucapan terima kasih. Ia sangat bahagia saat tahu hubungan Cakra dan Kinan dikekang oleh Adi.

Wangsa mendengus, ia masuk ke dalam seraya meminta Bibi untuk menata isi kotak itu ke piring. Ia duduk dan mendapati Cakra yang mulai menghampiri meja makan. Cakra menarik kursinya, duduk tepat di hadapan Wangsa seraya menyeruput air putih.

"Ella ke sini."

"Gak peduli gue." Cakra meraih roti dan selai kacang kesukaannya. "Mau apaan lagi tuh cewe."

"Ngasih ininih," Wangsa menerima piring dari bibi dan memberikannya pada Cakra.

"Joging yu," ajak Cakra yang membuat Wangsa seketika diam. "Sekarang, buruan pake sepatu."

Kalian harus tahu kalau Wangsa sangat suka berjalan-jalan di komplek, karena apa? Ia bisa melihat anak tetangga yang jarang sekali keluar rumah, dengan kesempatan ini ia bisa melihat mereka lagi setelah sekian lama.

"Gasss," seru Wangsa bahagia langsung mengambil sepatu olahraganya. "Ayo buruan Ra."

Cakra beranjak dan mulai menyusul Wangsa yang sudah berdiri di depan jalan rumahnya. Belum selangkah mereka berlari, Wangsa sudah lebih dulu menyapa para tetangga dengan senyum manisnya itu.

"Ehh anak ganteng baru keluar, kemana aja Mas."

Cakra tersenyum sambil berlari kecil, begitupun dengan Wangsa yang ikut membuntuti kembarannya itu. Cakra ingin menenangkan pikirannya, sedangkan Wangsa sepanjang jalan tersenyum seraya melambai pada gadis rumahan yang tengah menyiram tanaman ataupun berolahraga kecil di halaman rumahnya.

"Gue capek tau, selama ini Papah minta gue buat fokus fokus fokus, gue juga pengen kayak anak lain, bebas, jadi imbang gitu Sa," ucap Cakra.

Wangsa mengubah ekspresi nya, ia mulai menanggapi curhatan Cakra walaupun sedikit malas. Mengganggu pemandangannya melihat gadis komplek saja anak itu.

"Ra, gue udah bilang, coba bersyukur. Jangan ngeluh gini deh, lo kayak berkali-kali aja diginiin."

Cakra bersandar di tiang lampu taman, "gue cuma pacaran, ga hamilin anak orang."

CAKRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang