Para siswa berseru riang keluar kelas sembari menggendong tasnya. Bagaimana tidak, baru tiga jam pelajaran, mereka dipulangkan dengan alasan akan ada rapat guru sekolah. Ditambah lagi besok adalah hari weekend, tentu nya planning dari siswa yang benar-benar menikmati liburan ini sangat spesial.
"Gue duluan," Pamit Kinan pada teman-temannya. "Akhirnya gue bisa full hari ini." Wajahnya sumringah dan terlihat semangat usai keluar dari kelas.
"Arya, hari ini gue full nih. Kabarin Della juga yah, gue otw." Kinan langsung mengakhiri panggilan.
Bugh....
Tepat di deretan kelas dengan plang angka Romawi XII, Kinan dibuat mematung dengan sosok tubuh jangkung yang menghalangi jalannya saat ini.
"Duhh," keluhnya seraya mengelus dahinya. "Kalo berdiri jangan di tengah jalan dong kak."
"So? Gue yang salah?" Ucapnya.
Mata Kinan membulat saat melihat sosok Cakra menatapnya datar. "K-kak Cakra."
"Apa? Mana hoodie gue?" Tanya nya. Kinan tertunduk diam. "Masa iya dari sekian lamanya lo gak balikin hoodie nya."
"Emang masih butuh ya kak? Saya kira orang kayak kakak gak suka barang bekas," Jelas Kinan gemetar.
Cakra melangkah perlahan mendekati Kinan yang mundur menjauh darinya.
"Kalo gue mau?"
"Nanti saya bawakan, saya minta nomor kakak."
Cakra melirik hp Kinan yang ia genggam di samping roknya. Sontak ia langsung menyahut ponsel itu dan mengetikkan sesuatu di layarnya.
"Udah, tinggal hubungi," Pungkas Cakra sinis.
Huft, ketegangan Kinan langsung lepas saat Cakra pergi darinya. Tapi, nomor Cakra? Kontaknya dengan nama "Cakrawangsa" kini menjadi Bagian dari list nama di deretan kontak Kinan.
"Nomornya orang ganteng unik ya, ada tripel tripel nya," Gumam Kinan sambil mengecek photo profile WhatsApp nya.
🚲🚲🚲
"Nan meja 10 belum di anterin pesanannya Nan?" Teriak Della, gadis yang satu ini sibuk menekan tombol komputer dengan pelanggan yang terus memilih banyak menu.
"Bentar ya, kertas bill nya habis."
"Heh bantuin dong, masa iya buat sendirian lelah loh ini," Keluh Arya berkoar membuat pesanan.
Kinan langsung menghantarkan pesanan ke seluruh meja dan langsung membantu Arya di store coffe nya. Walaupun mulut Arya cerewet, tapi pekerjaannya secepat kilat. Kinan mencoba menghiraukan ocehan Arya mengenai pelanggan yang datang secara bergerombol.
"Yang muncul kebanyakan anak muda, pesen satu kopi harga lima belas ribu tapi Wifiannya seabad. Cih, menuh-menuhin meja aja," cibirnya gemas.
"Sok-sokan ngecafe, makan masih pake genjer aja gayanya selangit," Cibirnya sekali lagi melihat meja ujung dengan delapan anak remaja.
"Mba Wifi-nya ngelag ya?" Teriak salah satu dari mereka.
"I." Jawaban Kinan langsung terpotong dengan nada tinggi Arya.
"Iya mas, soalnya situ kalo Wifian gak santai. Kopi satu free WiFi delapan spesies," potong Arya tegas.
Semakin banyak pelanggan yang datang, semakin disibukkan Kinan dengan pekerjaannya sampai-sampai ia lalai dengan tugas sekolahnya.
Tepat pukul 10.00 cafe tutup dan kabarnya tiga karyawan itu saat ini berkumpul di satu meja menikmati hidangan kopi dan dessert yang mereka buat sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...