Tinn tinnnn...........
Berkali-kali bunyi klakson itu terus berbunyi dan mengganggu pagi Kinan, rasanya ia ingin sekali bangun siang hari atau bahkan siang menjelang sore, tapi nyatanya klakson itu seperti ada di telinganya saat ini. Kinan berteriak bangun dari kasurnya, melihat dari jendela sosok pemilik mobil itu.
Mata Kinan membulat usai ia tahu mobil Cakra terparkir di depan rumahnya. Sontak Kinan berlari turun seraya menyisir rambutnya yang tidak beraturan. Ia membuka pintu, mendapati Cakra yang masih sibuk menekan tombol klakson.
"Keluar, hish masih pagi udah kesini aja," oceh Kinan. "Aku masih tidur tau, cape tadi malem habis lembur sama anak-anak."
"Jalan yu."
Kinan membuka pintu mobil Cakra, memintanya untuk masuk ke rumah selagi menunggunya bersiap-siap. Kinan langsung masuk ke kamar usai membuatkan secangkir teh hangat untuk Cakra.
"Waittt yaaaaa."
Cakra melihat sekeliling, menemukan coretan baru di dinding dengan nama kecil yang membuatnya sontak tertuju. Nama Wangsa dan Kinan, Cakra sontak langsung memfoto gambar itu dengan cepat dan langsung memasukkan ponselnya kembali di saku jaketnya.
"Kita berangkat?"
Cakra melihat penampilan Kinan dari ujung kaki hingga rambut, mata bulatnya yang tak pernah berubah membuat pesona lain di wajah Kinan. Refleks Kinan langsung memotret wajah Cakra dengan ekspresi melongo.
"Perlunya bawa kamera biar bisa langsung cekrek kalo ada momen begini. Aku simpan di sini ya," ucapnya seraya menaruh foto Cakra di belakang case ponselnya.
Cakra menghela,"cewe kurang ajar, bisa-bisanya fotoin orang pas melongo."
Kinan tertawa tanpa dosa, ia mulai keluar dan mengunci pintu. "Biarin, sesekali cowok ganteng punya aib, kapan lagi kan ya," ejeknya.
Cakra membuka pintu untuk Kinan, tersenyum seolah menyambut tuan putri masuk ke dalam kereta kencananya. Cakra memasang sling belt untuk Kinan dan mulai melaju ke tempat yang bahkan sama sekali tidak ia rencanakan.
Kebun binatang, menjadi destinasi utama untuk mereka berdua, Kinan langsung bahagia usai melihat plang nama kayu di depannya. Cakra menggenggam tangan Kinan dan sedikit mengikis jarak di wajah Kinan.
Cakra mencoba membawa Kinan kepada hewan-hewan yang cukup ditakuti banyak orang, namun pada akhirnya Kinan justru bahagia dan terus memohon pada penjaga kebun binatang untuk bisa memegang salah satu hewannya.
"Pak saya mau pegang dia, please lah, saya cuma mau tau lembut bulunya aja."
"Bukannya gak boleh Mbak, tapi masalahnya yang mau Mbak pegang itu singa loh, jangan macem-macem ya."
Cakra menggeleng heran dengan Kinan, ia mengajak Kinan ke arena berfoto dengan ular, ia yakin kalau Kinan akan takut dan bersembunyi di belakang tubuhnya.
"Aku mau Massss," seru Kinan kegirangan hingga membuat Cakra melongo. "Geli ya dililit ulet gini, tapi gapapa, empuk kok badannya."
Cakra menghela dan meninggalkan Kinan bahagia dengan dunianya, ia justru duduk di cafe dengan menikmati minuman dinginnya. Mengawasi Kinan dari kejauhan.
"Kak Kinan, kita ketemu," sapa Kenzie mulai mendekat. "Ya ampun Kak berani banget si pegang gituan." Kenzie bergidik geli.
"Eh seru loh, buru coba buru," paksa Kinan seraya mendorong Kenzie. "Eh btw kamu sama siapa kesini?"
"Nemenin mamah sama sepupu kecil-kecil itu, aku bosen jadi ya aku kabur deh cari kesenangan sendiri," jelas Kenzie seraya memegang pagar erat agar tidak terseret ke area ular.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...