CKRS|30

8 3 1
                                    

Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, hubungan Kinan dan Cakra semakin erat. Begitupun dengan pertemanan Wangsa dengan Zahwa ataupun yang lain semakin mendukung hubungan mereka. Wangsa yang berjanji tidak akan mengganggu dan Zahwa yang semakin dengan dengan Wangsa.

"Katanya Ella pindah ya, pindah kemana?" Ucap David membuat yang lain menoleh. "Apa nih noleh ke gue semua, emang salah?" Otot David pada mata yang tiba-tiba mengarah padanya.

"Engga si, lagian bener juga soalnya dia gak ada kabar sama sekali," sambung Daffin. "Padahal dia gak pernah absen, tapi udah lama ini dia ga muncul sama sekali, sosmednya bahkan mati jir."

Wangsa melihat Kinan yang saat ini terlihat panik dan ketakutan, "emang di antara kalian gak ada yang tau soal dia?" Ucapnya seraya melihat Kinan.

Kinan langsung berdiri. "Gue mau ke toilet, ada yang mau ikut gak?"

"Boleh?" Sahut David.

"Blok."

Kinan langsung pergi, tangannya berkeringat dan jelas panik saat Wangsa sengaja memojokkan pertanyaan itu padanya. Kinan bersandar di dinding lorong sekolah, pikirannya acak dengan posisinya saat ini. Di sisi lain ia ingin membantu, tapi di sisi lain banyak yang bermasalah dengan Ella.

"Bangsat banget si Wangsa, dia sengaja bikin gue panik apa gimana si?" Gumam Kinan tersengal-sengal.

"Sayang kenapa?" Cakra tersentak kaget saat Kinan menoleh dan mengibaskan rambutnya tepat di wajah Cakra. "Anj." Cakra tersenyum. "Kenapa sayang? Kok panik gitu?"

Kinan menggeleng dan gemetar, "e-engga gapapa, tadi ada kecoa yang terbang ke aku." Kinan langsung pergi menghindar dari Cakra.

Cakra mengerutkan dahinya."Gak biasanya kayak gitu, kenapa dia?"

Cakra menghela dan pergi menemui Wangsa dan yang lainnya di kantin. Namun setengah perjalanan, ia bertemu dengan Tania yang sibuk dengan buku dan pulpen, ditambah lagi dengan kacamata yang terus merosot turun di wajahnya.

"Kenapa gak ganti kacamata si lo?" Tanya Cakra seraya membuka catatan dari Tania.

"Engga ah, gue suka kacamata ini soalnya kenang-kenangan dari nenek gue."

Cakra mengangguk pelan, "owala, udah kan ya? Gue pergi ya," ujar Cakra usai melihat catatan Tania. "Kebetulan malam ini gue ada acara, jadi gak bisa ikut acara penyambutan anggota baru. Sorry banget ya."

Tania menghela, memutar bola matanya malas. "Terserah lo deh. Tapi Ra, soal Ella gimana? Dia beneran gak ada kabar loh ini, anak-anak udah coba cari ke rumahnya juga kosong."

"Masa si? Nanti gue kabarin lagi deh ya."

Cakra mengambil ponselnya, mencoba mengirim pesan pada Ella tapi justru hanya centang satu. Tak lama ia langsung menelfon ponselnya, nada dering yang jelas terdengar itu ada di saku Kinan. Iya, Kinan membawanya kemanapun dia pergi.

"Gawat Cakra," kata Kinan panik. "Gue harus apa?" Sontak ponsel itu diambil dari tangan Kinan.

Wangsa mematikan ponselnya, menoleh ke arah Kinan dengan mata yang berbeda saat ini. "Sampai kapan mau lindungi Ella terus?" Wangsa menatap sinis.

Kinan merebut ponsel itu "Gak usah ikut campur."

Wangsa meninggikan ponselnya. "Jelas ini urusan gue juga karena ada sangkut pautnya sama Cakra. Ella itu pikirannya pendek, dia cuma mau Cakra aja, lo kenapa harus lindungi dia mulu?"

"Itu urusan gue Sa," tekan Kinan gemetar. "Baik buruknya dia, itu urusan gue dan gak ngerugiin lo sama sekali kan?"

"Lo kerja buat diri lo sendiri aja berat, apalagi ngehidupin Ella yang gayanya setinggi langit," Celetuk Wangsa tajam.

CAKRASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang