Hi guyss
How your day?🚲🚲🚲
Pancaran warna jingga yang membuat banyak orang menanti dan berharap sebuah kenangan menjadi abadi. Kinan berdiri di tepi danau di mana langit senja begitu indah saat ini, terpaan angin membuat wajahnya terhalang oleh rambut halusnya. Sesekali Kinan tersenyum, menoleh pada sosok laki-laki yang tengah sibuk membeli banyak balon dan ia bagikan pada anak-anak.
"Makasih ya Kakak ganteng," ucap anak laki-laki manis seraya memeluk Cakra.
"Makasih Kakak," ucap anak-anak itu bersamaan.
Cakra tertawa seraya memegang satu balon yang masih ia pertahankan, ia melihat Kinan dan mulai menghampiri gadis itu. Cakra mengikis jarak dengannya, mulai mendekat dan memegang tangan Kinan seraya memberikan balon itu.
"Buat kamu."
Ekspektasi Kinan seketika tumbang, ia mengira akan mendapat momen indah seperti di film-film, ternyata hanya diberikan balon yang sama seperti anak-anak tadi. Kinan menghela, menghadapkan dirinya pada Cakra, ia memberanikan diri untuk menatap laki-laki itu.
"Udah mulai berani tatap mata nih? Kenapa?" Ucap Cakra tersenyum tipis. "Mata kamu bagus," ujarnya sekali lagi langsung ke inti.
"Kalau mata seindah ini gak dipandang, terus buat apa? Sekarang pandang dong," ucap Kinan berani.
Keduanya saling menatap dengan cahaya senja yang tepat menjadi pemandangan mereka. Kinan saat ini hanya memikirkan bagaimana ia bisa maju lebih cepat tanpa memikirkan tingkatan.
"Kalo cuma mandang aja tapi ga milikin percuma dong." Cakra menaikkan alisnya.
"Gimana mau milikin kalo hatinya aja belum jelas, jelasin bisa gak?"
"Aku suka sama kamu, pacaran mau gak?"
Deg, pandangan Kinan membeku seakan terjebak di dalam mata Cakra, ucapan Cakra membuatnya semakin tak kakaruan. Rasanya Kinan ingin sekali teriak dan mengumumkan kalau ia punya pacar saat ini, ya walaupun Kinan belum menyatakan jawaban yang sebenarnya.
Kinan tersenyum membuang pandangannya, ia memukul dada Cakra. "Bercanda ya? Udahlah males drama Mulu."
"Serius."
Kinan terdiam, ia menunduk dan seketika mengangguk pelan. Tersenyum salah tingkah dan mengatakan iya pada Cakra, gadis itu sontak memeluk tubuh besar laki-laki di hadapannya.
Perlahan Cakra ikut memeluk Kinan dan tersenyum seraya mengelus rambut Kinan."Kita pacaran beneran Kak?" Tanya Kinan sekali lagi.
"Menurut kamu? Gak usah manggil Kak lah."
"Terus? Sayang ya?" Kinan tertawa. "Udah ah, anterin aku ke cafe lagi ya, aku masih harus kerja. Kasian sama Arya Della."
"Aku masih pengen sama kamu, masa baru pacaran udah ditinggal gini," cegah Cakra dengan nada manja.
"Walaupun itu cafe tante mu, tapi aku harus bisa hargai mereka, gak bisa lepasbtanggung jawab gini." Wangsa mengulum bibir mendengar penjelasan Kinan. "Gimana?"
"Iya deh ayo." Cakra mengajak Kinan ke mobil sebrang, membuka pintu untuk gadis itu. "Silahkan sayang." Kinan tertawa.
Jarak cafe tidak jauh dari danau, jadi tidak perlu melewati banyak kendala di jalan seperti macet dan lampu merah yang cukup mengganggu. Kinan melihat pulpen merah muda yang ada di depan, mengambilnya satu seraya melihat bentuk fisik pulpen itu.
"Oh itu aku tadi beli di anak kecil waktu berangkat ke cafe, kamu bawa semua deh buat di cafe aja atau buat kamu sendiri juga gapapa kok," jelas Cakra fokus menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRASA
Teen Fiction"Kita emang sedarah, tapi bukan berarti apa yang kita punya itu selalu sama!" Ucap Cakra dengan tatapan tajam. "Dan kita liat, buat kali ini siapa yang bakal nempatin posisi itu," balas Wangsa. Cakrawala dan Cakrawangsa Adinata Pramana. Laki-laki...