Di balik senyum yang dipaksakan,
Terselip pedih dalam tatapan.
Raga bergerak, menjalani hari,
Namun jiwa terperangkap, seakan mati.Langkah kakinya tak mengenal lelah,
Namun hatinya hampa, sepi tak bersahabat.
Senyum yang terlukis di wajah,
Hanya topeng, menutupi luka dan serapah.Pagi menjelang, malam pun tiba,
Namun rasa bahagia tak lagi ada.
Raga bernafas, menghirup udara,
Jiwa tercekik, hilang dalam duka.Di keramaian, ia merasa sepi,
Dikelilingi ramai, tetap sendiri.
Raga berlari, mengejar mimpi,
Jiwa terjatuh, terpuruk di tepi.Adakah harapan, di ujung malam?
Ataukah jiwa selamanya kelam?
Raga mungkin kuat, terus bertahan,
Namun jiwa rapuh, berjuang dalam diam.Mungkin suatu hari, cahaya kan datang,
Membawa harapan, memulihkan tenang.
Raga dan jiwa, kembali bersatu,
Hidupkan semangat, hapuskan pilu.Tapi kini, dalam kesendirian,
Raganya hidup, jiwanya mati.
Melangkah terus dalam kebisuan,
Menanti harapan yang tak pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diksi Dalam Sepi
PoetryHanya seseorang yang ingin bercerita mengenai kehidupannya melalui diksi yang dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah puisi. Hi, readers! Jangan lupa follow akun ini, vote ceritanya, dan tinggalkan komentar ya. Setiap dukungan dari kalian membuatku...