Pemilik Mata Teduh Itu

86 24 4
                                    

Di bawah langit senja yang gemetar lembut,
Kau melangkah dalam keheningan yang dalam,
Setiap jejakmu adalah nyanyian sunyi,
Di antara bisik angin dan lembayung malam.

Mata-matamu, seperti dua kolam tenang,
Menampung rahasia yang tak pernah terucap,
Setiap tatapan adalah sebuah puisi,
Yang disusun dari kesedihan dan harapan.

Dalam keremangan, kau adalah fajar yang menjelang,
Menerangi lorong-lorong hati yang gelap,
Setiap kedipan adalah sinar yang menuntun,
Menembus awan dan kabut yang menghalang.

Di balik senyum lembutmu yang samar,
Tersimpan lautan yang penuh rasa,
Kau adalah bayang-bayang di malam tanpa bintang,
Namun kehadiranmu mengusir gelap yang menyesakkan.

Ketika kesedihan datang membayangi,
Kau adalah jembatan yang tak terlihat,
Menghubungkan langit dan bumi,
Menjadi pelipur lara di tengah malam yang berat.

Aku sering menatap matamu yang tenang,
Mencoba mengerti bahasa tanpa kata,
Namun setiap kali kutatap, kurasakan,
Ada ketenangan yang sulit dijelaskan.

Di dalam dirimu ada dunia yang tersembunyi,
Kumpulan kisah dan mimpi yang tak terungkap,
Mata teduh itu adalah jendela,
Menuju hati yang penuh rahasia dan harapan.

Dan saat engkau pergi, meninggalkan jejakmu,
Malam terasa lebih panjang,
Tanpa sinar yang memandu langkah,
Tanpa kedamaian dalam tatapan yang teduh.

Pemilik mata teduh itu,
Adalah pelindung dalam kegelapan,
Adalah cahaya dalam kehampaan,
Dan dalam matamu, aku menemukan rumah,
Di setiap sorot yang penuh makna.

Diksi Dalam SepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang