Ahaha. Siap berkata selamat tinggal? Kalau kata lirik lagu, datang akan pergi. Terbit kan tenggelam. Pasang akan surut, bertemu akan berpisah.
Kira-kira seperti itu yang akan sedikit banyak menggambarkan chapter kali ini. Pun sama seperti kehidupan pada umumnya, semua memiliki masanya sendiri. Masa lalu akan diganti dengan masa yang baru.
Berakhirnya stase Jennie kemarin, dimulailah stase lain dalam kehidupan Jennie dan Jaehyun. Seperti saat ini, keduanya tampak keluar dari ruang pemeriksaan kandungan sembari bergandengan tangan.
Cek kandungan? Iya. Sekaligus konsultasi program hamil yang akan keduanya lakukan. Bak menjadi pasangan paling bahagia di dunia, Jennie tak hentinya tersenyum. Memantik api bahagia yang sama di relung dada suaminya.
Beberapa waktu nanti, Jennie akan mengambil sumpah menjadi seorang dokter. Perihal internship, ia akan pikirkan nanti. Menunda setahun dua tahun, ia rasa tak masalah.
Ada rencana lain yang sudah mereka susun. Pun, bersamaan dengan itu, Tuhan selalu memiliki rencana sendiri yang tak terduga. Menguji makhluk-Nya dalam genre senang maupun susah.
Setelah dari rumah sakit, Jennie dan Jaehyun pergi ke salah satu butik untuk mengambil pesanan baju. Baju kondangan baru yang akan mereka kenakan di pernikahan sahabat keduanya. Yap, Jasmine dan Joni tak lama lagi akan menyusul Pasutri JeJe senior.
"Mas, menurut kamu, bagusan dibuka gini, atau ditutup?" pertanyaan Jennie keluar bersamaan dengan sang istri yang muncul dari fitting room.
Jaehyun hendak terkesima langsung mengerutkan dahi. Apa-apaan celah kecil memanjang yang membelah dada sang istri. Kebaya macam apa ini? Ia tak pernah melihat kebaya sejenis ini di buku sejarah pelajaran sekolahnya.
"Yang bener aja kamu, Yang?!"
Tagline andalan dari seorang Jaehyun Djunjuan. Ketika ngambek, cemburu, dan sifat posesifnya muncul. Yah, tapi itu adalah tiga pilar utama yang menyusun organisme bernama Jaehyun.
Jennie berpikir. Jangan sampai sang suami meminta untuk dirombak ulang terkait gaya kebaya untuk bridesmaid ini. Dah ngga ada waktu lagi. Karenanya, Jennie memeluk lengan suaminya dan mengarahkan keduanya untuk menghadap cermin.
"Emang kenapa? Kan kalo ada yang liatin, tinggal diginiin," ucap Jennie sembari memandu tangan suami untuk bertengger di pinggang kecilnya.
Di cermin, senyum Jennie nampak lebar. Membayangkan dan mengingat betapa serasinya mereka. Namun, bayangan itu buyar saat sang suami semakin menarik badannya lebih mendekat.
"Tanpa diliatin orang ataupun model baju kamu yang begitu, mas juga bisa begini," koreksi sang suami.
Mengecup pelipis sang istri, Jaehyun menatap Jennie begitu dalam. Menyalurkan permohonan yang begitu Jennie mengerti. Membuatnya kembali kalah dalam argumentasi.
"Ganti ya, Yang."
Tak ada yang dapat Jennie lakukan jika mendengar sang suami meminta dengan begitu lembut dan pengertian. Senyum berlesung pipi itu merupakan kelemahan Jennie. Menghela nafas, Jennie memilih menganggukan kepala.
"Yaudah, nanti aku coba minta mereka buat nutup pake tambahan payet."
"Makasih, sayang."
Ucapan itu berakhir dengan pelukan dan Jaehyun yang mengecup kening sang istri. Setelah mengatakan kepada pegawai butik untuk koreksi atas baju kebayanya, Jennie kemudian menghampiri Jaehyun yang masih setia duduk di sofa yang disediakan. Keduanya beranjak, bersamaan dengan waktu yang terus bergulir.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASUTRI JEJE
FanfictionHanya kisah tentang Jennie dan Jaehyun yang tidak saling mengenal namun harus menikah. Bukan karena perjodohan, melainkan digrebek pak pol. -Nikah Karena Fitnah-