17 : IGD dan Segudang Ceritanya

900 164 118
                                    

Sorry kalo update lagi soalnya mau buang draft + ngejar momen 🙏😭




















"Siapa mas?"

"S-siapa? D-dia cuma temen kok. Iya, cuma temen kerja aja." 

"Temen kerja atau selingkuhan mas? Jangan dipikir aku jarang di rumah aku ngga tau kelakuan kamu di luar sana ya, mas. Laki-laki mana yang setiap malem main ke rumah temen kerjanya yang perempuan? Bahkan ngga balik sampe besok dan berakhir berangkat kerja bareng? Kalau pun aku di rumah kamu bakal berangkat anter jemput dia mas. Bahkan kemarin, waktu aku lembur, kamu ajak dia ke rumah ini kan mas?! Aku tau!! Aku tau, mas!! Dan kamu masih nyebut dia temen kerja kamu?!!" 

"YA TERUS KALO KAMU TAU SIAPA DIA HARUSNYA KAMU TAU GIMANA KEADAAN KAMU?!!! Aku capek! Tiap pulang kerja aku pengen ada yang nyambut!! Aku pengen ada yang manjain aku buat ngelepas penat aku!! Kamu sebagai istri apa pernah ngelakuin hal itu?!!!" 

"Mas? Kamu sekarang ngungkit kerjaan aku? Katanya kamu mau dukung karir aku. Ini yang kamu sebut dukungan mas? IYA?!! DENGAN SELINGKUH ITU BENTUK DUKUNGAN KAMU?!!!" 

"AKU MUAK!!! AKU NGGA SEPENUHNYA SALAH DI SINI!!! KAMU JUGA SALAH!! JADI JANGAN LIMPAHIN SEMUA SEAKAN AKU YANG PALING BERSALAH DI SINI!!" 

"Kamu muak kan mas? Aku juga muak sama kamu, mas!! Kalo kaya gini kita mending pisah aja mas. Itu yang terbaik buat kita semua." 

"Enggak!! Aku ngga mau kita cerai. Aku khilaf, sayang." 

















"Jen, makasih ya udah mau gantiin jaga bangsal sebentar." 

Ucapan terima kasih yang Jennie dengar memutuskan fokus Jennie yang tengah mengerjakan laporannya sembari mendengarkan sinetron yang ditayangkan di televisi di bangsal yang ia jaga sementara malam ini. Ya, TV yang biasa disediakan sebagai fasilitas agar wali pasien yang menjaga tidak merasa kebosanan. Tayangan kesukaan para ibu-ibu paruh baya yang menjadi teman Jennie malam ini. 

Jennie menoleh dan memasang senyum maklumnya. Laporannya ia tutup. "Engga apa-apa, suster. Kalau begitu saya balik ke IGD lagi ya, sus. Permisi," pamit Jennie kemudian berlalu dari sana. Berpamitan juga para ibu-ibu yang entah ibu kandung maupun sanak saudara yang menjenguk dan menjaga kenalan maupun kerabatnya yang sakit. Yang masih sibuk menonton sinetron dengan anak kecil yang turut nimbrung dengan mereka. Mereka membalas sapaan Jennie seadaanya sebelum kembali fokus pada layar kotak di sana. 

Jennie berjalan melalui koridor demi koridor dengan satu tujuan. Intalasi Gawat Darurat atau yang biasa disingkat dengan IGD. Ya, shift malam ini Jennie kembali menghadapi IGD dan segala hal tentangnya. Untungnya malam ini Jennie berjaga dengan teman yang tak bau. Setidaknya begitu review dari beberapa temannya. 

Seusai diperbudak dengan berbagai perintah dari perawat senior yang sedikit menjengkelkan, Jennie akhirnya dapat kembali ke tempat persembunyian sembari bersiap menyantap kembali nasi padang yang sudah anyep itu. Masih bersyukur setidaknya ia diberi kesempatan untuk mengisi tenaga dan menghilangkan kantuknya. Tentu saja setelah mengamankan laporannya tadi. 

Baru hendak menyantap, tiba-tiba ada panggilan darurat yang masuk. Seorang ayah datang dengan balita di gendongannya. Ibunya yang mengikuti tak henti-hentinya berteriak dan menangis. Meraung-raung memenuhi koridor sehingga mengakibatkan beberapa orang yang berada di sana memperhatikan ibu tersebut. 

Karina, salah seorang perawat muda membantu ibu tersebut untuk mencoba tenang. Jennie dengan sigap menyimpan terlebih dahulu nasi padangnya. "Ya Allah, tolong jangan ada semut dulu. Biar aku juga bisa ngerasain sesuap nasi padang dan perkedel kentang, Ya Allah. Aamiin," doa Jennie yang setelahnya menghampiri keributan di depan IGD itu. 

PASUTRI JEJETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang