Orang-orang pada umumnya bangun di pagi hari dan menikmati kesejukan angin pagi dengan tenang. Namun, tidak demikian halnya dengan diriku. Setiap malam aku terjaga karena sulit tidur, tanpa alasan yang jelas. Tak ada beban pikiran atau kecemasan yang mengganggu, tetapi tetap saja aku tidak bisa memejamkan mata dengan tenang.
Setiap malam aku hanya terduduk di atas kasur, entah membaca novel atau menonton Netflix. Andai saja aku bisa tidur dengan nyenyak, pasti aku sangat bahagia. Sungguh melelahkan! Aku juga ingin merasakan tidur yang nyenyak seperti orang lain.
Aku meraih ponselku dan membuka aplikasi bacaan—Asianfanfics. Aku lebih suka membaca di sana, meskipun terkadang aku juga membaca di Wattpad.
Aku menyandarkan punggung dan memijat pelipisku untuk mengurangi rasa lelah akibat terlalu lama membaca. Mataku mulai terasa perih. Dengan sedikit enggan, aku pun bangkit menuju dapur. Sial, kopiku sudah habis.
Kembali ke kamar, aku mengambil jaket dan kunci motor. Bibirku kutambahkan sedikit liptint sambil bercermin, lalu kugunakan topi berwarna senada dengan jaket yang kupakai. Tak lupa kupakai kacamata.
Langkahku berlanjut menuju kafe terdekat dari apartemenku. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, jadi tak heran pelanggan di sana mulai berkurang.
"Your order, Miss?" Pramusaji menyapaku. Aku tersenyum tipis, melirik menu di papan tanda, lalu menyebutkan pesananku, "Cold Mocha, big cup, dan spicy nugget, ya." Aku berjalan ke meja sambil menunggu pesananku. Belum jauh dari konter, kudengar gadis yang mengantri di belakangku menyebutkan pesanan yang sama.
Dengan sedikit tersenyum, aku melangkah menuju sudut kafe. Aku lebih suka tempat yang agak tersembunyi, tidak terlalu mencolok. Pandanganku kembali tertuju pada gadis tadi, yang duduk tidak terlalu jauh dariku. Sepertinya ia mahasiswa, terlihat dari tablet dan beberapa buku tebal yang ia letakkan di atas meja. Ia tampak sibuk sekali.
Saat asyik memperhatikannya, ponselku tiba-tiba berdering. “Haish, Kak Zee,” gumamku kesal karena terkejut. Aku menjawab panggilan itu, dan ternyata Kak Zee sedang berada di apartemenku dan mendapati bahwa aku tidak ada di sana. Aku tertawa, lalu memberi tahu bahwa aku akan segera pulang.
Untung saja pesananku sudah kubungkus sebelumnya.
"Atas nama Freyana." Aku langsung menuju konter dan mengambil pesananku. Tak ingin berlama-lama, aku segera melangkah keluar. Namun, baru saja hendak membuka pintu, telingaku menangkap suara yang membuatku tersenyum.
"Atas nama Flora."
Oh, jadi namanya Flora. Keberuntungan malam ini, pikirku sambil menahan senyum kecil. Akhirnya, aku benar-benar pulang.
Beberapa hari setelah pertemuan itu, aku mulai sadar bahwa perasaanku terhadap Flora semakin tumbuh. Setiap malam, aku datang ke kafe Racer, dan setiap malam pula, Flora selalu ada di sana. Tapi menariknya, pesanannya selalu berbeda. Aku tersenyum kecil saat melihatnya membenarkan posisi kacamata yang melorot di hidung. Terlihat menggemaskan, terutama dengan pipinya yang gembul, mengunyah perlahan.
Ternyata dia punya kebiasaan mengunyah makanan dengan lama—sungguh lucu! Ada keinginan untuk menggigit pipinya! Astaga, Freya, sadarkan dirimu.
Tiba-tiba, mataku menyipit saat seorang laki-laki datang dan duduk di meja yang sama dengan Flora. Rahangku mengeras ketika mereka berdua tampak bergandengan tangan. Jempol laki-laki itu mengusap lembut punggung tangan Flora, membuatku semakin gelisah. Apa ini? Cemburu? Mungkin saja, karena kemesraan mereka tadi benar-benar berhasil membuat hatiku terasa nyeri.
Dengan kesal, aku menghentakkan kaki menuju toilet. Aku membasuh wajahku dengan kasar, hingga hampir membuat bajuku basah karena ulahku sendiri.
Aku menatap bayanganku di cermin, mencoba menenangkan diri, tapi mataku melebar saat Flora tiba-tiba masuk dan dengan lembut berkata, "Permisi," sambil melangkah menuju bilik toilet.
![](https://img.wattpad.com/cover/352824568-288-k306796.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FreFloShoot (+Random)
Historia Corta[ Up Random ] • Mature • Jangan berdebat tentang siapa yang Dom dan Siapa yang Sub (Tak cokot koe)