PENGAKUAN

114 10 0
                                    

.

Alano terkekeh. "Bukannya tadi kau bilang mau menciumnya? Ayo, kemari, aku perlihatkan dadaku yang sexy ini untuk istri mesumku." 

Dengan sengaja, dibukanya kancing-kancing kemeja itu sampai bawah. Sepenuhnya memperlihatkan dada dan perut yang terlihat menggoda. 

Andin malu luar biasa. Apalagi sematan kata mesum kini jatuh menimpa kepalanya. Adakah yang lebih memalukan daripada tepergok mendambai suami sendiri? 

"Tidak, tidak, saya tadi itu tidak sengaja. A-anda kembali kancingkan... I-ini nanti kalau Anda masuk angin, pasti saya yang disalahkan." ujarnya seraya menutupi dada dan perut Alano kembali dengan rapi. Bahkan ia mengancingkannya sampai kancing teratas yang mana membuat Alano dengan ekspresi malasnya jadi tampak sedikit bermartabat. 

Alano memicingkan mata, tapi tidak mengatakan apa pun ketika melihat kegugupan Andin. 

"Kalau kau tidak mau tidur lagi. Ada sesuatu hal penting yang harus aku tunjukkan padamu." ujarnya berhasil membuat Andin penasaran. 

"Sepertinya penting sekali,"

"Ya, kita akan pergi melihat ayahmu." 

"Ayahku?"

"Pergi mandi dan bersiap. Aku akan menunggumu di bawah." ucapnya terakhir sebelum turun dari tempat tidur. 

Andin memandang kosong ke depan, belum bisa mencerna ajakan Alano soal menjenguk ayahnya. Apa dia tahu ayahku sedang di rumah sakit sekarang? 

Meski bingung, Andin menuruti perkataan Al. Ia pergi mandi, mengganti pakaiannya, lalu pergi merapikan rambutnya yang sudah panjang dengan mengikatnya menjadi kuncir kuda. Setelah selesai dia turun ke bawah. Ternyata, kehadirannya ditunggu semua orang.

"Sudah siap?"

"Ya," Andin mengangguk.

Alano berjalan mendekat, kemudian menggandeng tangannya saat dia membawa Andin keluar rumah.

"Kita pergi sekarang."

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang