Ternyata Alano Mengidam

100 6 0
                                    

 

"Kak---" panggilnya. Namun sebelum dia bisa melanjutkan basa-basinya, suara Alano terdengar menyelanya. 

"Untuk apa kau datang kemari? Kau memangnya tidak sibuk? Bagaimana dengan perusahaan kalau ke sini? Aku menyerahkan kursi itu padamu bukan bisa kau gunakan seenaknya." Alano mengomeli Sal yang bahkan belum dipersilahkannya duduk. 

Sal mengernyit. Tidak bisa langsung menjawab karena dicerca banyak pertanyaan sekaligus. 

"Kenapa tidak menjawab?"

"I--ini... Aku akan menjawabnya kalau kau sudah selesai bertanya," sahutnya seraya berjalan menghampiri dan mengambil duduk di kursi dekat Alano. 

"Cepat jawab," Desaknya sambil melirik tak suka pada sang sepupu. 

"Aku datang kemari karena mendengar kau sudah kembali dari Jakarta. Dan itu tidak sendirian kan? Apa benar kakak ipar bersedia ikut denganmu?" 

Dia belum sempat kenalan dengan istri kakak sepupunya dan hanya diberitahu kalau kakaknya telah resmi menikah. Saat ada perkumpulan seluruh keluarga pun untuk perayaan pernikahan itu, dia tidak bisa datang sebab sesuatu terjadi kepadanya. Ia absen datang dan terus berada di penthouse-nya dan tidak keluar selama seminggu. 

Hal itu dia telah memberitahu kakaknya ini. Dan untungnya, kakak sepupunya mau mengerti keadaannya. 

"Bertus sedang memanggilnya. Kau bisa menyapa kakak iparmu sebentar lagi."

Bertepatan dengan ucapannya, Andin muncul bersama dengan Bertus. Sedangkan Rosalie meminta izin pergi ke halaman belakang untuk melakukan sesuatu. 

"Katanya kau memanggilku?" Andin melirik ke arah Sal yang jangkung dan sosoknya begitu mengesankan. Pria berparas tampan itu juga melirik ke arahnya. 

"Sal?" Alano memanggil, Sal melihat ke arahnya. "Mana pengenalannya?"

"Ah," Tertegun konyol, Sal lantas menyapa Andin. "Halo, Andin. Aku Saylendra Garvi. Kau bisa memanggilku dengan panggilan Sal. Aku sepupunya suamimu." Ia mengenalkan dirinya sembari merentangkan tangan ke depan. 

Andin menyambut uluran tangan itu, "Senang berkenalan denganmu,"

"Jangan lama-lama salamannya," Alano mengingatkan di belakang. 

Sejurus kemudian Andin segera melepaskan tautan tangannya. Lalu berpaling melihat sang suami yang kini tengah menatapnya cemberut. 

"Apa? Aku hanya salaman dengan sepupumu, dan sekarang kau menatapku seolah aku sedang selingkuh dengannya?" Andin membatin tak terima saat Alano menatapnya dengan alis terangkat seolah sedang menuduhnya. 

"Kemari, duduk di sampingku." Alano menunjuk kursi kosong yang berhadapan langsung dengan Sal. 

Sal juga menyadari tatapan tak suka dari Alano. Meski begitu ia bertindak acuh tak acuh seolah tak memerhatikan pandangan tajam kakak sepupunya. Apalagi yang dipandanginya adalah tangannya yang tadi dibuatnya salaman. Apa memang kakaknya sepencemburu ini? Dia baru tahu kalau iya. 

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang