HADIAH KEHAMILAN

120 8 0
                                    

.

"Nyonya Andini, senang bisa bertemu dengan Anda kembali." sapa pria itu hormat dan sopan.

"Kenapa orang ini ada di sini?" gumam Andin bingung. Baru sebulan lalu pria yang ia tahu merupakan manajer sebuah showroom mobil datang untuk menemuinya. Sekarang, pria yang ia tahu bernama Bapak Anwar ini datang kembali. Untuk apa?

"Apa Anda datang untuk membawa mobil yang suami saya beli?" tebak Andin yang membuat pria bernama Anwar itu membelalak terkejut dan menatapnya keheranan.

"Mobil Camry itu, apakah Anda tidak menyukainya, Nyonya?"

"Loh, bapak kesini bukannya karena suami saya yang menyuruh untuk mengambil mobil tersebut?"

"Membawa kembali?" Pak Anwar jelas terkejut dengan pertanyaannya.

"Ya, saya ---" Andin berhenti bicara saat dia mendapat sentuhan ringan di lenganya oleh Kiki.

"Nona, bagaimana mungkin Anda bertanya seperti itu pada manajer? Apa Anda tidak tahu, barang yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan. Sepertinya Anda salah paham akan sesuatu." ujar Kiki berbisik di telinga Andin.

Manajer itu mengangguk antusias saat dia tak sengaja mendengar bisikan tersebut. Pendengarannya benar-benar super.

"Benar, benar. Selama saya bekerjasama dengan tuan muda, tuan muda tidak pernah menarik kembali barang-barang yang sudah dibelinya. Perusahaan kami sangat terpercaya, Nyonya. Itulah mengapa tuan muda Alano selalu memakai jasa kami." 

"Lalu, kalau bukan untuk membawa mobil itu. Anda datang buat apa?"

"Hahaha...." Pak Anwar tertawa senang. "Saya datang membawa pesanan dari tuan muda. Butuh waktu bagi perusahaan agar bisa membawa barang ini ke Indonesia karena peluncurannya masih bulan depan. Untungnya, karena tuan muda merupakan pelanggan VVIP kami, jadi kami sudah sangat percaya pada beliau."

"Tolong, jangan bertele-tele, Pak Anwar," Andin menyela dengan senyum tak enak namun terpaksa. Karena dia tahu, apabila pria ini sudah bicara, pasti yang keluar adalah kata-kata menyanjung. 

"Saya membawa mobil baru. Tuan muda bilang katanya untuk istrinya yang tercinta. Tolong, terima kunci mobilnya, Nyonya," ujarnya seraya memberikan kunci mobil baru pada Andin. 

Andin menatap pada mobil yang jauh lebih besar dari mobil Camry bulan lalu. Selain merek, dan body-nya yang berbeda, warna mobil itu sama-sama putih glossy dan elegan. 

"Mobil satunya baru sekali dipakai, tapi ini dikirim mobil lain lagi? Apa sih yang sebenarnya dipikirkan oleh Al?" Andin membatin tak percaya. Ia mengambil kunci mobil dari tangan Anwar lalu berpaling menghadap Kiki meminta telepon. 

Andin langsung memanggil suaminya yang dari kemarin sudah melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.

"Halo?"

["Al, Pak Anwar sudah tiba di rumah."] 

"Oh, jadi hadiahnya sudah tiba? Itu Lexus LM yang terbaru, aku harap kau menyukai yang ini." tanggap pria itu dengan nada riang. 

["Ya, mobil barunya sudah aku terima. Tapi Al, kenapa kau membelikan aku mobil lagi?"] Andin bertanya karena tak mengerti. 

"Bukannya karena mobil yang kemarin itu kau tidak menyukainya?" Alano bertanya hati-hati sambil mengingat perkataan Andin yang terdengar mengeluh. Karena istrinya keberatan dihadiahkan mobil mahal, ia jadi membeli mobil baru yang harganya jauh lebih murah. 

["Al, bukan itu maksudku. Kau... Kau tidak perlu melakukan ini. Aku bisa menggunakan mobil yang biasanya untuk pergi. Di garasi, mobilmu masih banyak. Dan kau membeli lagi yang baru. Baru sebulan, dan kau sudah beli dua?"]

Andai mereka dekat, Alano pasti bisa melihat ekspresi tak berdaya yang kini ditunjukkan oleh Andin. 

"Aku beli karena aku suka. Lagipula, aku punya banyak uang. Jadi apa masalahnya?"

.
.
.
.

🚗 💨 ngengggg~

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang