"Ayo, bangun. Kau harus sarapan. Aku dengar dari temanmu kalau kau melewatkan makan malam karena tidak punya nafsu makan." Alano mendorong Andin yang terus dipeluknya semalaman ke samping.
Berbanding terbalik dengan sikap lembutnya sewaktu Andin tidur, kini saat wanita itu telah terjaga sikap dinginnya kembali muncul. Seakan dia tidak peduli pada Andin, padahal kan sebenarnya sangat peduli. Namun karena gengsi mengakuinya, dia hanya bisa berpura-pura tidak menunjukkannya.
"Teman yang mana?"
Al berhenti, ia menoleh ke belakang pada Andin yang terlihat gugup.
"Sepertinya dia mengenalkan namanya padaku... Em, sebagai... Raisa?" ujarnya tak yakin. Padahal baru semalam, tapi dia sudah melupakan seseorang yang baru ditemuinya.
Mendengar satu nama itu, Andin diterpa cemas. "Apa ada hal lain yang dia katakan?"
"Tidak, hanya itu. Kenapa? Kau tampak gugup sekarang. Jangan-jangan kau merahasiakan sesuatu dariku?" tanya Alano seraya menaikkan alisnya menatap Andin penuh curiga.
"Aku mau mandi dulu. Kalau tidak keberatan, bisakah aku minta makanan ringan yang tidak terlalu berminyak sebagai sarapan? Seperti bubur ayam misalnya?" Andin bertanya penuh harap. Untuk sarapan, dia terbiasa memakan bubur ayam yang biasanya berjualan di kompleks kosan.
"Hanya itu saja?"
"Buah pir kalau ada," cicit Andin seraya menggaruk hidungnya yang tak gatal dengan ekspresi malu.
Alano tidak menaruh kecurigaan atas permintaan Andin dan justru senang dalam hatinya meski raut wajah yang ia tunjukkan sekarang tidak memperlihatkan suasana baik perasaannya.
"Yah, baiklah. Meskipun merepotkan, aku akan menyuruh pembantu agar menyiapkan pesananmu." ujarnya acuh seolah tak tertarik.
"Kalau itu membuatmu repot, tidak usah saja. Tidak apa-apa...." Andin yang merasa tak enak hati membatalkan pesanannya.
Alano mendengus keras. "Kau sudah mengatakannya barusan. Sekarang mau batal mendadak? Kau tak kasihan dengan pembantu yang mau menyiapkan itu untukmu?"
Mendadak dia berubah kesal. Padahal dia sendiri yang memulai mencari gara-gara. Sudah tahu kalau istrinya pemalu dan tak suka apabila menyusahkan orang lain. Tapi tetap mengeluarkan kata-kata tak berperasaan itu pada Andin.
Tanpa sadar, ia berkata lirih yang masih bisa di dengar oleh Alano.
"Tapi kan kau belum memberitahu pelayanmu?"
Sontak saja Alano mematung di tempat dengan tubuh kaku, dan ekspresi wajahnya yang arogan langsung berganti sangat malu.
Menyadari keterdiaman Alano yang mirip robot, Andin mengerjapkan kedua matanya pelan.
Kapan lagi dia bisa menang melawan Alano dengan mulutnya yang tak berfilter itu?
___
Guys, minta tolong bantu share ya ke temen-temen kalian yang juga sefrekuensi suka Ikatan Cinta buat baca cerita-ceritaku ini. Makasih 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti (TAMAT)
FanfictionMemiliki ibu dan kakak tiri yang jahat, kehidupan Andin yang dipenuhi kebahagiaan berubah drastis jadi layaknya neraka. Demi ayahnya yang sedang koma, Andin rela menjadi pengantin pengganti yang akan menikahi seorang pria kaya tapi cacat dan buta...