Andin memerhatikan hujan deras di luar kamarnya dengan penuh kecemasan. Hujan lebat itu dibarengi dengan guntur yang menyambar di atas langit nan gelap. Suara kerasnya sering kali membuat Andin berjengit kaget, namun dia tetap tidak beranjak dari posisi berdirinya.
Dari sini, dia dapat melihat sebuah paviliun di sayap barat yang dikatakan persis oleh Kiki beberapa hari kemarin.
"Tuan muda biasanya akan menyendiri di paviliun apabila hari peringatan kematian nyonya dan tuan besar tiba, Nona. Tidak ada yang diizinkan untuk mendekat ke sana. Bahkan Nakula yang merupakan orang terpercaya tuan muda pun tidak diizinkan untuk datang."
"Apa yang dilakukannya di sana?" tanya Andin penasaran.
"Saya tidak tahu. Kami semua tidak tahu. Tapi yang pasti, setiap paginya setelah tuan muda selesai menyendiri di paviliun milik mendiang nyonya besar, tuan jadi lebih pendiam dan menyendiri dan menakutkan juga untuk didekati. Seolah-olah, tuan muda membangun dinding tebalnya kembali agar orang lain tidak mendekatinya."
"Kami khawatir apabila tuan muda sudah seperti itu, Nona. Ada lagi kejadian di mana tuan pernah terluka dan jatuh sakit setelahnya. Ada banyak kemungkinan yang membuat kami para pelayannya mencemaskan tuan muda bila hari peringatan kematian nyonya dan tuan tiba."
"Jadi saya harap, dengan memberitahu Anda, Anda dapat membantu tuan muda. Setidaknya, berada di samping tuan muda di saat beliau sedang membutuhkan seseorang."
Lorong itu terasa gelap dan dingin. Ketika Andin yang tanpa sadar telah melangkahkan kakinya menuju ke sayap barat untuk bisa pergi ke paviliun yang dimaksud, ia hanya mengenakan piyama berbahan sutra yang begitu tipis. Lekuk tubuh serta kemolekan di dalamnya samar-samar terlihat.
Untungnya, tidak ada seorang pun ia temui saat dia menyusuri jalan berlantai marmer itu seorang diri. Sebab terlalu cemas memikirkan kemungkinan buruk yang bisa terjadi pada Alano, ia bahkan lupa tidak mengambil mantel sebagai luaran.
Setibanya Andin di tempat tujuan, dia tidak langsung masuk melainkan berdiri di depan pintu yang tertutup rapat dalam keadaan diam. Ia datang hanya untuk memastikan, tidak benar-benar ingin mengganggu Alano yang katanya mau sendirian.
Andin menempelkan sisi wajahnya dekat pintu, ingin mendengar apakah ada pergerakan atau tidak dari dalam. Dia sedikit cemas memikirkan pria itu sendirian.
Setelah beberapa saat Andin lama berdiri di depan pintu dan dia pun tidak mendengar keanehan di dalam, ia berniat mau pergi. Sayangnya, begitu dia baru mengambil satu langkah menjauh dari pintu dia mendengar suara dentang keras dari dalam.
"Al?"
Takut telah terjadi sesuatu dengan pria itu, Andin langsung masuk ke dalam. Begitu dia melangkahkan kakinya memasuki pintu yang ia paksa buka, ia disuguhi oleh pemandangan gelap di seluruh ruangan.
"Kenapa lampunya mati?"
Jendela di sisi kiri dan kanannya menjulang tinggi ke atas dan melebar di sepanjang lorong menuju ke ruangan dalam. Suara hujan dan guntur masih terdengar jelas di luar.
Cerita ini sudah ada 60 an bab ya. Bisa kalian baca di aplikasi ini lengkapnya👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengantin Pengganti (TAMAT)
FanfictionMemiliki ibu dan kakak tiri yang jahat, kehidupan Andin yang dipenuhi kebahagiaan berubah drastis jadi layaknya neraka. Demi ayahnya yang sedang koma, Andin rela menjadi pengantin pengganti yang akan menikahi seorang pria kaya tapi cacat dan buta...