INGIN BERDAMAI

83 8 0
                                    

.
.
.
 

"Apa yang mau kau lakukan pada mereka?"


Andin berpaling untuk melihat sang suami, "Menurutmu, aku harus berbuat apa pada ibu dan kakakku?" 


"Aku biasanya tidak pernah memaafkan orang-orang yang bersekongkol mengusik kehidupanku, Andini. Jika aku mau, aku bisa membuat hidup mereka selayaknya berada di neraka." ucapnya sambil memandang Andin dengan tegas dan tatapan tajam.


"Jika itu aku, aku akan membuat ibu dan kakakmu jatuh miskin, kelaparan, terlunta-lunta di jalanan atau juga bisa membalas mereka dengan sebagaimana mereka memperlakukan dirimu. Jika itu aku, aku tidak keberatan memasukkan kakakmu yang cantik itu ke tempat pelacuran paling terkenal yang aku tahu. Di luar negeri, dia pasti jadi barang yang sangat disukai."


Seluruh tubuhnya langsung bergetar begitu mendengar kemungkinan rencana Alano yang dipaparkan kepadanya. Hanya membayangkan dua orang keluarganya jatuh hina seperti itu, bukannya senang, yang terjadi justru membuat dia ngeri. 


"Tidak, Alano. Jangan. Jangan melakukannya,"


"Aku tahu kau akan bersikap seperti ini," Pria itu mengusap penuh kelembutan pada keringat di dahi Andin. Padahal cuma kata-kata saja, tapi lihatlah bagaimana pucatnya ekspresi istrinya sekarang. "Itulah sebabnya, aku akan membiarkan kau menangani ibu dan kakakmu langsung."


Andin menggelengkan kepalanya lemah. "Aku tidak bisa berbuat seperti itu pada mereka. Kalaupun ada yang ingin aku minta...." Ia menjeda ucapannya. 


Sedangkan Alano menunggu dengan sabar. 


"... aku hanya ingin agar ibu dan ayahku berpisah. Itu mungkin adalah pilihan terbaik untuk mereka berdua, mengingat ibu tiriku tidak mencintai ayahku lagi."


"Hanya itu saja?" 


Andin mengangguk. 


"Maka itulah yang akan kau dapatkan. Sungguh tidak ada yang lain?" ulangnya bertanya lagi tapi Andin tetap kekeuh pada keputusannya. 


"Kalau begitu, apa kau keberatan kalau aku mengasingkan mereka ke luar negeri dan tidak kembali lagi ke Indonesia?" 


"Yah, baiklah, tidak apa-apa. Tapi berjanjilah padaku, kau tidak akan berbuat hal lain selain itu." Andin meminta sungguh-sungguh. Dia tak mau mengotori tangan Alano dengan berbuat kejahatan hanya karena balas dendam yang menurutnya tak perlu. 


Bukan karena dia ingin bertindak sok menjadi malaikat. Dia hanya tidak mau melakukan tindakan kotor dan hina seperti yang para orang-orang itu pernah lakukan padanya. Walau kejahatan ibu dan kakaknya tak mungkin bisa dimaafkan, hanya itu saja, dia tidak ingin melihat mereka muncul di hadapannya lagi. 


"Kau sudah dengar sendiri apa yang dikatakan oleh istriku, kan?"


"Ya, tuan muda. Kami mengerti." Angguk dua orang itu memahami maksud Alano. 


"Selain itu. Tempatkan mereka ke India, ah tidak jangan ke sana... Ke Afrika saja. Cari tempat yang jauh dari perkotaan modern dan biarkan mereka tinggal di sana." 


Andin membelalak terkejut. Saat dia ingin membuka mulutnya untuk bicara kembali, sebuah tangan besar telah membekap bibirnya yang cantik agar tidak bersuara. 


"Emm!"


"Aku tadi sudah menanyaimu, dan kau setuju." kata pria itu dengan seringai liciknya yang khas. 


Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang