TIDAK SEPENUHNYA KALAH

121 10 2
                                    

 
Demi Warisan, Seorang Putra Sah Dari Salah Satu Keluarga Konglomerat Indonesia Rela Melakukan Kebohongan Publik. 

Kebohongan Dari Calon Pewaris Rajendra Group. 

Dan beberapa judul berita itu menjadi headline menarik yang membuat banyak orang penasaran. 


Malam harinya. 

"Tuan Muda, sudah waktunya Anda beristirahat."

Nakula datang ke ruang kerjanya untuk mengingatkan. Jarum jam sudah menunjukkan tengah malam, namun tuan mudanya tak ada tanda-tanda menyudahi pekerjaannya. 

Pria yang dipanggil tidak menoleh, bahkan melirik pun tidak. 

Alano sudah seperti itu sejak Andin pergi. Lebih banyak diam, menghabiskan waktunya berkutat dengan banyak pekerjaan dan lebih suka menyendiri. Pada bawahan terpercayanya dia hanya memberi perintah penting dan singkat saja. 

"Tuan muda?" 

Alano mengerutkan alisnya. Tangannya yang sibuk menandatangani berkas berhenti. "Aku akan beristirahat, sebentar lagi. Kau bisa pergi."

"Tapi...."

"Ah, sebelum kau keluar, ambilkan aku obat tidur. Aku tidak menemukannya di kamar."

"Berapa banyak lagi obat tidur yang mau Anda minum?"

"Hanya dengan itu aku bisa tidur nyenyak," jawabnya sekenanya. 

Tidak ada yang dapat menghentikan Alano setelah dia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Kekeraskepalaannya sudah mendarah daging dan tidak ada yang bisa mengubahnya sejauh ini. 

Saat Nakula merasa kekhawatirannya berakhir sia-sia, ia hanya bisa menghela napas pasrah dan lelah. Kendati demikian, dia tak lupa mengambil obat tidur seperti yang diminta Alano. 

Beberapa jam kemudian, waktu berubah menunjukkan pukul dua dini hari. Alano yang merasa berat pada pundak serta pinggangnya kemudian menyudahi pekerjaannya. Seluruh penjuru mansion berubah temaram dan hanya beberapa lampu penting menyala. 

Ia mematikan lampu di ruang kerja. Kemudian pergi menuju kamarnya. Ruangan itu memiliki aroma pengharum ruangan beraroma bunga kesukaan Andin dan bunga jasmine yang telah layu masih tersimpan di vas bunga dekat meja. Alano memerhatikan vas itu sedikit lama lalu menarik pandangannya. 

***

"Izinkan aku menemuinya. Aku mohon."

"Tolong lah, Dewa. Biarkan dia masuk. Dia perlu bertemu dengan tuan muda karena ada suatu hal penting yang harus dia katakan." Pria yang merupakan pengurus peternakan kuda itu ikut berbicara.

Dewa dan penjaga lainnya saling berhadapan. 

"Aku akan mengkonfirmasinya dulu pada Nakula," Dewa akhirnya bersuara lalu pergi sedikit menjauh untuk melakukan panggilan kepada Nakula.

Semenit kemudian, panggilan pun terhubung. Dewa mengatakan maksud menghubungi pria sibuk itu dan jawaban yang ia terima langsung datang.

Tidak diizinkan. 

"Maaf, kalian bisa datang kembali setelah tuan muda memiliki waktu luang." ujar Dewa memberitahu.

Rosalie tidak menyerah. "Tolong, sampaikan pada tuan mudamu ini penting. Apa yang aku bicarakan masih ada hubungannya dengan Nona Andini."

"Rosalie, aku tahu mengenai hubunganmu dengan nona. Tetapi, apa kau tidak mendengarnya? Sejak beberapa hari yang lalu, tuan muda sudah mengumumkan pada kita agar tidak membicarakan soal nona Andin lagi. Atau kalau sampai ada yang menyebut-nyebut namanya, pekerjaan kami lah yang akan menjadi taruhannya."

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang