----

71 5 0
                                    


.
.

Di saat mereka sedang asyik mengobrol, Alano yang baru beberapa waktu lalu habis makan kini merasa perutnya bergejolak. Wajahnya langsung berubah pucat pasi dan keringat dingin membasahi tubuhnya. 

Melihat perubahan mendadak pada sang kakak sepupu sontak saja membuat Sal menatapnya khawatir. 

"Ada apa?"

Alano menggelengkan kepalanya kebingungan. Keningnya berkerut dalam dan bibirnya mengerucut cemberut. Ketika perutnya kembali bergemuruh dan rasa pahit yang tak enak menggumpal di tenggorokannya, ia buru-buru menutup mulutnya lalu berlari menuju ke kamar mandi yang ada di dapur. 

Tiba di kamar mandi, ia membungkuk dan.... 

Bleurgh~

Semua makanan yang tadi masuk ke dalam perut, seketika dimuntahkannya ke toilet. 

Andin yang melihat Alano berlari terburu dengan wajah membiru, langsung turun dengan panik. Ia berpapasan dengan Sal yang tampak terkejut melihat kedatangannya. 

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak tahu, kakak ipar. Tiba-tiba saja dia berubah pucat dan berlari ke dalam. Ini aku juga mau memastikannya."

Mendengar penjelasan Sal, Andin langsung menghampiri Alano. Ia mendengar suara muntahan berulang-ulang dari dalam kamar mandi. 

"Al, kau kenapa?"

"Jangan masuk!"

"Buka pintunya."

Namun tidak ada sahutan dari dalam dan sebagai gantinya ia mendengar suara air mengalir. 

Bersama dengan Sal, Andin menunggu Alano cemas. Baru tadi dia bicara dengan sang Bibi pelayan tentang kemungkinan Alano ikut merasakan ngidam, dan sekarang pria itu langsung muntah-muntah. 

"Mungkin karena masuk angin?" Sal bicara pada Andin, terlihat ingin mencairkan suasana karena kakak iparnya yang gelisah. 

"Entahlah. Ada baiknya kalau kita panggil dokter." 

"Aku akan memanggilnya sekarang," kata Sal berinisiatif. 

Andin mengangguk terima kasih. Ia melihat punggung Sal yang telah pergi menjauh. Bersamaan dengan sosoknya yang melihat di tikungan, pintu kamar mandi dibuka. Alano muncul, berdiri  dengan wajah pucat, lalu melangkah terhuyung menuju Andin. 

Refleks, Andin memeluk pinggangnya erat agar mereka tidak jatuh bersama ke belakang. Alano tiba-tiba menyandarkan seluruh tubuhnya pada sang istri yang perawakannya kalah jauh darinya. 

"A--aku tidak punya kekuatan lagi buat berjalan, Andin." Adu pria itu diceruk leher sang istri dengan manja. 

🍇🍇🍇

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang