EJEKAN BERBALIK

255 17 0
                                    

Malam harinya di kediaman Alano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya di kediaman Alano.

Andin duduk di meja rias. Di belakangnya ada Kiki yang tengah membantunya mengeringkan rambutnya yang baru habis keramas.

"Tuan muda tampaknya dalam suasana hati yang baik sekarang, Nona." Kiki memulai pembicaraan.

"Ah, benarkah?"

"Ya. Walau kelihatannya tidak ada perubahan mimik muka, namun kami yang telah mengenal lama tuan muda pasti akan tahu sedikit perubahan yang terjadi pada beliau." Kiki berujar senang. Tampak puas saat membayangkan alasan dibalik tuan mudanya dalam mood baik sebab dikarenakan si nona mudanya yang ia layani.

Andin mengulum senyum simpul. Tidak lanjut menanggapi kalimat gadis pelayan di belakangnya. Ia tidak mau menebak-nebak lagi apa yang pria itu pikirkan.

Beberapa saat kemudian setelah dia selesai dirias maupun sudah berpenampilan rapi, Kiki mengingatkannya turun ke bawah.

"Tuan muda mungkin sudah menunggu Anda di meja makan."

Andin berdiri, "Aku pergi sekarang."

"Selamat menikmati makan malam Anda, nona."

"Terima kasih."

.
.
.

Mario datang sendirian ke mansion utama tempat tinggal keluarga Rajendra dahulu. Sekarang, tempat ini dikuasai langsung oleh si putra sah yang tak lain adalah sepupunya juga.

Ia mengamati ruangan besar, megah nan luas itu. Dari pintu masuk, ia sudah di sambut oleh pelayan yang membantu membukakan dia pintu. Begitu melangkahkan kakinya ke ruangan tamu, tatapannya tertuju pada sekumpulan foto kepala keluarga yang dulu mewarisi mansion tersebut.

Pria bermata tajam itu mengalihkan pandangannya. "Bawa aku bertemu langsung dengan tuan mudamu." Perintahnya dingin.

"Apa yang kau lakukan berdiam diri di sana? Siapkan teh untuk tamu kita sekarang." Tegur Nakula pada pelayan itu.

.
.
.

Mario mengambil duduk di salah satu sofa panjang berwarna merah dekat perapian. Senyum liciknya terpampang nyata saat dia menunggu dengan sabar jawaban yang ingin dirinya dengar.

"Maafkan saya. Saya tidak bisa memberitahu Anda."

"Ah, aku mengerti. Kau berdedikasi pada pekerjaanmu seperti biasa. Sepupuku beruntung memiliki kau sebagai anjingnya yang terpercaya."

"Bisakah kau tidak memanggilnya seperti itu, kakak sepupu?"

Alano datang dari arah belakang Mario saat sematan anjing dia dengar.

"Kau tidak terima?"

"Bukannya tidak terima. Hanya tidak mau membuat salah paham para pelayan dan istriku yang mendengar perkataanmu barusan. Seolah-olah, kakak sepupuku ini tidak bisa membedakan mana anjing dan mana manusia. Takutnya, mereka mengira kau kurang pendidikan." Alano memberi penjelasan ringan, dengan nada sama seperti biasanya, acuh tak acuh.

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang