MAKAN SALAK

85 7 0
                                    

🍇🍇🍇

"Nona belum mandi, Tuan Muda. Saya sudah menyiapkan air hangatnya di kamar mandi," beritahunya seraya bangkit.


"Um... terima kasih. Kau bisa pergi dari sini, Ki."


"Ya, Tuan Muda."


Setelah kepergian Kiki, Andin mengucek matanya dan sebuah tangan menghentikan aksi brutalnya saat istrinya mengucek keras kedua matanya tersebut.


"Berhenti, nanti bisa iritasi."


Andin mendongak, lalu menguap lebar. 


"Al, aku mengantuk."


"Kau perlu mandi,"


"Tidak bisakah aku langsung tidur?"


Alano tidak menjawab dan hanya membelai puncak kepala Andin seolah dia ingin menidurkannya. Dan memang, sedetik kemudian terdengar suara mendengkur dari mulut Andin yang setengah terbuka. 


Pria itu terkekeh, tapi tidak menghentikan membelai rambut Andin yang wajahnya kini bersandar di perutnya. Setelah memastikan kalau Andin sudah tidur, dia menggendong sang istri dan dibawanya ke kamar mandi untuk dimandikan. 


Dari saat Andin ditelanjangi, di masukkan ke dalam bathtub dengan air hangat, dimandikan dengan telaten oleh Alano, dia sama sekali tak bergeming. 


*** 

Andin berjalan tanpa alas kaki ke kamar mandi. Kedua kakinya terlihat bengkak, mirip kaki gajah. Meski kata Alano terlihat menggemaskan dan juga menakutkan, yang sebenarnya dia tidak merasakan kendala apa pun selain dirinya bertambah berat. 


Ketika itu, saat Andin selesai menyikat gigi, ia tiba-tiba merasakan ingin buang air besar. Ia duduk di dudukan toilet, menunggu lama tapi tidak ada yang keluar. Kejadian ini terus terulang sampai makan siang berlalu dan Alano yang katanya mau pulang cepat ternyata belum muncul juga di rumah. 


Seharian Andin terus berada di kamarnya. Yang dilakukannya hanya makan, tidur, main HP, dan nonton TV lalu pergi ke kamar mandi karena perutnya sakit. Andin tidak punya pikirkan aneh-aneh kala itu. Dia malah mengira, dia susah BAB sebab makan banyak salak kemarin. 


Sampai kemudian sore tiba, dia berjengit dari ranjangnya sebab rasa sakit intens yang mendadak. 


"Emh~"


Di lantai bawah, terlihat Alano bersama Nakula baru saja tiba. Pelayan dan Kiki menyambut mereka berdua. 


"Bagaimana dengan istriku?"


"Nona sedang tidur, tuan muda."


"Apa dia makan seperti biasanya?"


Kiki menjawab iya dan melaporkan pada Alano kegiatan Andin seharian itu. 


"Tadinya saya ingin memanggil dokter, tapi nona bilang tidak usah. Katanya bukan masalah besar,"


"Kau tidak memberikannya buah pepaya? Itu bagus untuk pencernaannya." Ujar Alano yang diangguki juga oleh Kiki. 


"Baiklah, biar aku cek sendiri sekarang. Siapkan saja makan malamnya seperti biasa. Aku mau naik ke atas." imbuhnya untuk yang terakhir. 


Ketiga orang itu melihat punggung Alano yang sedang menaiki tangga. Dalam kepalanya dia cemas memikirkan sang istri yang katanya tidak bisa pup dan harus bolak balik ke kamar mandi. Saat dia tiba di depan pintu kamarnya, ia membukanya dan bersamaan dengan itu terdengar suara jatuh yang cukup keras dari dalam. 


Buru-buru Alano berjalan dan saat dia melihat sumber suara keras itu, ia mendapati sang istri tengah menjengking di lantai sambil meremas perutnya. 


Andin merasakan kehadiran seseorang dan refleks memalingkan muka. Wajahnya terlihat pucat pasi dan banjir keringat dingin. "A-Al... Pe--rutku rasanya sakit."

Pengantin Pengganti (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang