Kasus Burhan

49 15 0
                                    

Sesaat sebelum Burhan kedapatan hendak mencekik leher putrinya.

Divio membuka pintu Ruang ICU se- pelan mungkin, sementara Abi mengekori di belakangnya. Beruntung Burhan tidak menyadari hal itu dan masih fokus menatap Mona dengan posisi membelakangi pintu ruangan.

Detektif dan Dokter itu berjalan mengendap-endap, berusaha tidak menimbulkan suara. Hingga kemudian mereka dibuat shock oleh perkataan Burhan yang sekaligus mengakui bahwa dirinya yang telah membunuh sang istri.

Saat Burhan sudah hampir mencekik Mona, Divio langsung turun tangan. Ia mengeluarkan pistol dari balik jaketnya dan menodongkan senjata api itu ke kepala belakang Burhan.

"Jangan bergerak!"

Mata Burhan melotot sempurna. Pelan-pelan ia memutar badan, menatap Divio yang melayangkan tatapan setajam elang. 

Abi berlari mendekati Mona dan memastikan keadaannya. Untunglah Gadis kecil itu masih hidup, meski masih dalam keadaan tidak sadar.

Burhan mencoba membela diri. "Sa- Saya bisa jelaskan Pak."

"Jelaskan semuanya di kantor polisi," kata Divio dingin. Dari dalam saku jaketnya, ia mengeluarkan sebuah borgol dan langsung membelenggu kedua tangan Burhan, lalu menggiringnya keluar ruangan.

Namun sebelum itu, ia berpesan pada Abi untuk menjaga Mona.

Abi mengerti, ia berjanji akan mengawasi dan memantau perkembangan Mona.

**

Di Kantor Polisi.

Saat melihat Divio yang membawa seseorang, para rekan Detektifnya langsung mendekat. Mereka terheran-heran.

"Kamu bawa siapa?" tanya Kepala Detektif bagian kejahatan yang bernama Candra.

Divio langsung mendorong Burhan hingga laki-laki itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Dia adalah pelaku pembunuhan Nyonya Naina sekaligus suaminya," jelas Divio.

Detektif Candra dan dua orang Detektif lainnya melongo dan tampak shock. Karena menurut laporan yang didapat, Naina meninggal karena bunuh diri, bukan dibunuh.

Burhan berkelit. "Itu tidak benar! Saya tidak pernah membunuh istri saya! Lagipula apa buktinya?"

Divio menyunggingkan senyum sinis. "Bukti? Ada CCTV di ruang ICU. Masih mau berkelit?"

Wajah Burhan seketika pucat pasi. Ia mengutuk dirinya sendiri dan menyesali kebodohannya.

Divio menatap Kepala detektif. "Saya mendengarnya sendiri Pak. Dia membunuh istrinya. Bukan hanya itu, dia juga hendak membunuh putrinya yang merupakan saksi kunci. Saya akan membawakan rekaman CCTV di ruang ICU sebagai bukti."

Tanpa banyak bicara, Kepala Detektif langsung menetapkan Burhan sebagai tersangka. Lalu pada Divio, beliau menyuruhnya membawa Burhan ke ruang interogasi untuk di tanyai perihal motif pembunuhan yang dilakukannya terhadap sang istri.

Divio mengerti dan segera menyeret Burhan yang tidak melakukan perlawanan dan tampak pasrah.

***

2 hari kemudian..

"Permisi Bu, ada Bapak Detektif yang ingin menemui anda," ucap seorang staf wanita, pada seorang Jaksa yang tampak sibuk mengetik sesuatu di komputernya.

"Suruh masuk," perintah Jaksa wanita tersebut sambil masih fokus mengetik.

"Baik."

Tidak lama setelah staf wanita itu pergi, Divio memasuki ruangan tersebut. Senyum pemuda itu mengembang. Begitu pun dengan wajah Jaksa wanita yang mendadak cerah seketika.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang