Cinta tapi gengsi

53 12 1
                                    

"Ternyata bener, kalian deket lagi." Rangga menatap murka ke arah Rizvan. Wajahnya merah padam, menandakan emosinya yang sudah mencapai level tertinggi. Ibarat kata, Rizvan begitu tega menusuknya dari belakang.

Rizvan dan Meisya saling bertukar pandang. Meisya merasa bingung dengan situasi ini. Pun ia merasa bersalah, karena menjadi penyebab retaknya hubungan kedua lelaki yang bersaudara itu.

Sementara Rizvan yang sudah terlanjur basah, akhirnya terang-terangan pada Rangga, "Emang salah kalau Abang deket lagi sama Meisya?" tanya Rizvan, berani.

Berbeda dengan Regy yang pengecut dan seolah takut pada Rangga.

Rangga memalingkan wajah seraya tersenyum sinis. Tak menyangka, Abang sepupunya se bangsat itu.

Sementara Rizvan tidak gentar. "Kenapa? Apa salahnya Abang deketin Meisya? Toh kamu juga nggak ada hubungan apa-apa kan sama dia?"

"Lu bener-bener gak punya hati ya Bang! Lo tahu persis kalau gue suka sama Kak Meisya! Terus kenapa lu tega nikung gue?" tanya Rangga, berapi-api. Hatinya sakit bukan main. Apalagi orang yang mengkhianatinya masih saudaranya sendiri. Bukan orang lain.

"Karena Abang suka sama Meisya." tutur Rizvan, mencengangkan.

Rangga shock. Meisya apalagi. Ia benar-benar tidak menyangka ucapan tersebut akan keluar dari bibir seorang Rizvan Pratama. Cowok yang dulu hampir membuatnya depresi.

Rizvan melanjutkan dengan tegas. "Selama ini Abang baru sadar kalau Meisya adalah cewek yang sangat baik. Dan Abang bener-bener ngerasa jadi cowok bego karena dulu udah nyia-nyiain cewek sebaik Meisya.
Karena itu, sekarang Abang lagi berusaha dapetin hatinya lagi."

Rangga langsung lemas. Tulang-tulangnya serasa dilolosi. Untuk kesekian kalinya, ia harus merasakan patah hati.

Kemudian pemuda itu menatap Meisya yang masih mematung dengan ekspresi shock.

Gila! Gue laku banget sampe direbutin tiga cowok sekaligus. Begitulah kira-kira isi hati si Kebo.

"Kakak sendiri gimana? Masih suka sama Bang Rizvan? Atau ada cowok lain yang kakak suka?" Rangga meminta penjelasan. Entah kenapa, ia yakin hati Meisya sekarang bukan untuk Rizvan.

Meisya menghela nafas panjang. Jawaban dari pertanyaan Rangga sudah jelas. Hatinya milik pemuda tampan nan sholeh asal Bandung, sekarang.

Disaat-saat menegangkan seperti itu, tiba-tiba Meisya mendapat notifikasi di handphonenya. Cepat-cepat Gadis itu mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam tasnya,

WhatsApp dari Om Andi.

Icha, Emih (Nenek) Ngantunkeun (meninggal).

Meisya shock, dan refleks menutup mulutnya yang menganga. Betapa tidak? Sang Nenek yang sangat ia cintai tiba-tiba di kabarkan meninggal dunia.

Kedua pemuda itu heran melihat Meisya yang tampak terguncang, bahkan sejurus kemudian menitikkan airmata nya.

"Sya? Kamu kenapa?" tanya Rizvan.

Terisak , Meisya menjawab. "Maaf Van, kita nggak jadi jalan sekarang. Dan sebaiknya kalian pergi."

Meisya berlari masuk sembari berteriak memanggil ibunya. Berniat mengabarkan berita duka yang barusan ia terima.

Rizvan menatap Rangga yang juga sedang menatapnya dengan tatapan setajam elang.

"Anjing lu Bang!" umpatnya pada Sang Abang, lalu pergi dengan nafas yang memburu.

***

Setelah berjibaku dengan wajan dan sutil, Ayah Abi tersenyum menatap hidangan di atas meja yang telah ia buat. Ada ayam woku, gulai ikan, telor dadar, tumis capcay, dan sambal terasi yang tidak boleh ketinggalan.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang