Pengorbanan (2)

105 39 5
                                    

Pukul 06.43 Keyla tiba di sekolahnya setelah diantarkan oleh Fathan, sang pacar. Tiba di kelas, ia bergabung bersama kedua sahabatnya dan menghempaskan diri di kursi.

"Tumben jam segini baru dateng. Biasanya lo yang datang duluan daripada kita," ucap Meisya yang sedang meraut pensil.

Keyla cemberut. Ia cukup badmood menunggu Fathan yang datang terlambat dari biasanya. "Si Fathan kesiangan. Jadi telat ngejemput gue."

Meisya manggut-manggut dan tidak bertanya lagi.

Raya yang sedang minum susu beruang, teringat sesuatu. "Eh, kalian udah pada ngegambar tokoh idola kan? Lihat dong."

"Astagfirullah aladzim!" Keyla seperti diingatkan. "Gue lupa! "

"Lupa belum ngerjain apa lupa gak dibawa?" tanya Meisya. Si kutil selain lemot juga pelupa.

"Lupa gak dibawa! Gue bener-bener gak inget kalau pelajarannya hari ini." Keyla mulai kalap. Apalagi setahu dia, siswa yang tidak mengumpulkan pasti akan dikenai hukuman.

Raya menenangkan. "Ya udah, lo telfon seseorang yang kira-kira bisa dimintain tolong."

Keyla mengerti dan langsung menelfon ayang beb-nya. Pertanyaannya, sudi kah Fathan berkorban waktu dan juga bensin demi kekasihnya?

"Halo? Yang tolongin aku yah."

"Tolongin gimana yang?"

"Hari ini ada pelajaran seni budaya. Ada tugas menggambar. Aku udah ngerjain, cuma buku gambarnya ketinggalan di rumah. Kamu bisa ke rumah aku nggak?'"

"Duh Yang.. Kamu suka ngaco deh.
Kalau sekarang aku ke rumah kamu, emangnya keburu? Lagian gimana ceritanya sih buku gambar kamu bisa ketinggalan?"

"Aku lupa. Plis yang, aku nggak mau dihukum." Keyla memohon dan hampir menangis.

"Sorry yang, aku dipanggil temen. Udah dulu yah."

Klik!

Fathan mengakhiri panggilan. Fiks, dia tipe cowok egois dan mau enaknya saja.

**

Keyla menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul 06.59. WIB. Ia tertunduk pasrah dan siap menerima segala hukuman yang sudah menanti di depan mata.

"Si Fathan gak mau berkorban demi lo?" tanya Meisya seraya mengeluarkan buku gambar dari dalam tasnya.

Keyla hanya diam. Ia benar-benar kecewa pada sikap Fathan yang seolah tidak mengasihaninya.

Raya sendiri menghela nafas panjang dan ikut prihatin pada si kutil. Kemudian perhatiannya tertuju pada Divio yang baru datang.

"Gue gak telat kan?" tanya Divio pada Raya.  Duduk di sampingnya, seraya melepaskan tas yang ia gendong.

Disaat yang sama, bel masuk berbunyi. Raya tersenyum tipis. "Nyaris."

Lima menit kemudian, Bu Dewi muncul. Keyla yang sempat berdoa agar Bu Dewi tidak masuk, seketika lemas. Fix, dia pasti akan dihukum karena keteledorannya.

"Selamat pagi Anak-anak.. Ada tugas kan? Silahkan dikumpulkan," ujar Bu Dewi dengan senyum khas yang melekat di bibirnya.

Meisya langsung bangkit. Sebelum maju, ia menguatkan Keyla. "Sabar yah til."

Raya sendiri menepuk pundak Keyla. "Lo berdoa aja. Semoga lo ada temennya."

Keyla tersenyum kecut. Ia yakin, hanya dirinya sendiri yang tidak mengumpulkan tugas.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang