Dicintai ugal-ugalan

32 10 0
                                    

Tampaknya Divio mengalami amnesia pasca kecelakaan yang dialaminya beberapa hari lalu. Terbukti, saat ini dia tidak dapat mengenali Abi dan Raya yang merupakan sahabat dan kekasihnya.

"Kalian siapa?" tanyanya dengan ekspresi bingung. Bangkit duduk, kemudian mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan bernuansa putih tersebut.

"Gue dimana?"

Raya reflek menutup mulut, sekaligus lemas dibuatnya. Kabut mulai terlihat di kedua matanya. Tidak, tidak mungkin Divio hilang ingatan.

Sementara Abi hanya mampu menghela nafas berat menyaksikan semua itu.

Raya menatap Abi. "Apa ini Bi? Divio amnesia? Kenapa bisa?" tanya Raya lirih, air matanya mulai menganak sungai.

Abi terus menatap Divio. "Bisa aja. Kan kepalanya cedera gara-gara kecelakaan itu."

Tangis Raya semakin tak terbendung. Ia memandangi Divio sambil berjalan mundur dan geleng-geleng kepala, sebelum akhirnya berlari pergi meninggalkan ruangan itu.

Abi sendiri terus menatap Divio dengan tatapan tak menyangka. Karena sebelumnya, tidak pernah terbesit dalam pikiran sang Dokter bahwa Divio akan mengalami amnesia.

"Ngapain lihat-lihat?" tanya Divio, mengejutkan.

Abi menaikan kedua alisnya, bingung.

"Haaahh.. Gak nyangka." Divio kembali berbaring dengan tangan kanan yang dijadikan bantal. "Ternyata gue masih hidup. Padahal kecelakaannya parah banget tahu Bi."

"Gue sampai pasrah. Kalau pun harus meninggal waktu itu, gue berharap wafat dalam keadaan husnul khatimah," celoteh Divio.

Anjir! Kita semua di prank.

"Wait!" Abi baru sadar setelah beberapa saat sempat ngelag. "Lo nge prank Raya? Lo gak amnesia?"

Divio mengangguk dengan wajah polos. Polos-polos biadab. Sementara Abi membuang muka sambil tertawa tak percaya.

Divio memang anjim!

Cowok kampret itu kemudian memegangi perutnya yang mendadak keroncongan. "Duh laper gue. Beliin ketoprak napa Bi."

Abi berdecih sambil geleng-geleng kepala. Random sekali manusia satu ini. Tapi aktingnya saat berpura-pura amnesia membuat sang Dokter cukup salut. 

Akhirnya Abi meminta Divio menunggu, sementara ia mengambil makanan.

"Ketoprak yah! Jangan yang lain!" teriak Divio, sebelum Abi menghilang dari pandangannya.

Cowok itu kemudian tersenyum saat mengingat ekspresi sedih Raya yang benar-benar percaya bahwa ia hilang ingatan.

Beberapa saat kemudian, Abi kembali sambil membawa makanan untuk Divio. Bukan ketoprak, melainkan makanan pasien yang terdiri dari bubur, sayur sop bening, dan tempe bacem yang pucat.

Sama sekali tidak menggugah selera.

Divio menatap Abi kesal. "Gue bilang ketoprak bangke!"

"Udah! Anggap aja itu ketoprak. Lagian lo pikir lo udah sembuh gitu? Meskipun lo ngerasa udah sehat, tapi lo masih butuh penanganan medis. Contohnya, makan juga gak boleh sembarangan. Ketoprak ndasmu!" sungut Abi.

Divio mencebik kesal. Dengan sangat terpaksa, ia memakan makanan tersebut. Sesuai dugaan, rasanya hambar. Sungguh tidak enak.

Abi terkekeh melihat ekspresi Divio saat makan. "By the way, kenapa lo ngeprank Raya? Lo gak kasihan ngelihat dia nangis kaya gitu?"

Divio nyengir. Memamerkan giginya yang berderet putih dan rapi. "Pengen aja. Sekaligus pengen bikin surprise nantinya."

Abi mengerti dan tidak bertanya lagi. Takut dibilang kepo jika ia bertanya terlalu jauh.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang