Menonton kembang api

93 31 4
                                    

Regy terbelalak ketika melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Bukan, orang itu bukan Rangga.

Melainkan..

"Mamah?" pekik cowok berwajah kalem tersebut. Jantungnya seolah berhenti berdetak.

"Eleuh anak Mamah beuki kasep wae (Anak Mamah tambah ganteng aja)," puji Mamah Regy. Wanita paruh baya tersebut tampak sangat bersahaja dengan hijab syar'i nya.

Regy langsung mengambil tangan sang mamah, lalu menciumnya. Tanda bakti seorang anak pada ibunya. "Mamah sareng saha kadieu? (Mamah sama siapa kesini)?"

"Sareng kalangkang! Nya nyalira atuh. Da kumaha, mamah teh tos kangen pisan ka Egi. (Sama bayangan! Ya sendiri lah. Gimana lagi, Mamah sudah rindu sekali sama Egi)."

Regy mengerti dan tidak bertanya lagi. Tiba-tiba ia teringat pada Meisya! Bagaimana jika sang mamah salah paham ketika melihat ada seorang perempuan di dalam kosannya? Bisa-bisa Regy dicoret dari kartu keluarga.

"Hayu atuh ka lebet. (Ayo kita masuk)," ajak Mamah Regy yang sudah ingin selonjoran sambil bersantai.

Perjalanan Bandung-Jakarta beliau tempuh dengan menumpangi bis. Padahal dengan harta yang beliau miliki sebagai juragan domba, Mamah Regy bisa saja membeli mobil. Namun hal tersebut tidak dilakukan, dengan dalih mobil tidak terlalu berguna. Beliau lebih suka menginvestasikan hartanya dengan membeli sawah dan tanah untuk diwariskan pada Regy kelak.

Regy pun pasrah dan langsung mengambil barang-barang bawaan Mamahnya.

Sesuai prediksi Regy, sang mamah langsung shock ketika melihat keberadaan Meisya yang sedang duduk di atas ranjang.

"Astagfirullah! Egi! Ari maneh nanaonan mawa awewe ka jero kosan? (Astagfirullah Egi! Apa maksud kamu bawa cewek ke kosan)?" Mamah Regy murka dan bersiap ngamuk jika jawaban putranya tidak bisa diterima.

Meisya sendiri tak kalah kaget dan refleks bangun dari duduknya. Sekali melihat, ia sudah bisa menebak jika wanita paruh baya tersebut adalah Mamahnya Regy.

"Mamah tenang heula nya (dulu ya)." Regy berusaha mendinginkan Mamahnya yang terlanjur panas. "Janten si teteh ieu teh sanes kabogoh Egi, sanes. Tapina Guru privat Egi. (Jadi si Kakak ini bukan pacar Egi, bukan. Melainkan guru privat Egi)."

"Hah. Guru naon (Guru apa)?"

"Guru privat. Nilai matematika Egi teh anjlok, teras si teteh ieu teh pinter matematika. Janten Egi nuhunkeun bantosan anjeunna keur ngajaran Egi. Sangkan nilai matematika Egi hade deui. (Guru privat. Nilai matematika Egi tuh anjlok, terus si kakak ini pinter matematika. Jadi Egi minta bantuan dirinya buat ngajarin Egi. Biar nilai matematika Egi bagus lagi)."

Mamah Regy manggut-manggut dan akhirnya mengerti. Beliau percaya putranya tidak berbohong.

Wanita bernama Rohimah itu pun kemudian menatap Meisya yang diam tertunduk. "Neng geulis.. Saha Nami na? (Nona cantik, siapa namanya)."

Dengan takut-takut, Meisya menjawab, "Meisya, Tante."

"Geuning orang Jakarta teh ngartieun bahasa Sunda?(Kok orang Jakarta ngerti bahasa Sunda)," celetuk Mamah Regy.

Meisya akhirnya tersenyum dan tidak setegang sebelumnya. "Iya Tante, Nenek saya orang Bandung. Jadi sedikit banyak saya ngerti bahasa Sunda."

"Oh.. janten kitu (jadi gitu)."

"Iya.. Tante ini, Mamahnya Regy?"

"Muhun geulis (Iyah Cantik), Tante teh Mamahna Regy."

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang