Tapi Bo'ong

45 9 0
                                    

Ibarat sebuah buku, perjalanan hidupku sudah sampai di halaman akhir.
-Naura Ayunda-

Bersama Abi, Keyla membawa Naura ke rumah sakit dengan mengendarai mobil Naura. Keyla menyetir, sementara Abi menjaga Naura di belakang.

Abi menatap Naura yang terduduk tidak sadarkan diri di sampingnya. Wajahnya semakin pucat. Tubuhnya semakin dingin. Satu hal yang membuatnya penasaran.

"Gimana ceritanya dia bisa sama lo?"

Keyla menjawab sambil fokus menyetir. "Dia datengin rumah gue dan ngajak gue ke danau itu."

"Buat apa?" 

"Buat ngomongin sesuatu."

"Sesuatu apa?"

"Kepo!"

Abi mendengus kesal dan akhirnya tidak bertanya lagi. Keyla pun mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai di rumah sakit.

Di luar ruang ICU, Abi dan Keyla menunggu dengan perasaan gelisah dan tidak sabar. Tidak berselang lama, orang tua Naura muncul setelah sebelumnya di hubungi oleh Abi.

Mamah Naura berlari mendekati mereka. Pipinya tampak basah oleh air mata. Air mata kesedihan juga kekhawatiran.

"Gimana keadaan Naura?" 

"Masih diperiksa, Tante," jawab Abi.

Mamah Naura menangis kembali. Sementara Papah Naura hanya diam dengan wajah kakunya. Namun raut kecemasan terlihat jelas di sana. 

Kemudian, Dokter keluar setelah memeriksa keadaan Naura.

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" tanya Mamah Naura.

Sang Dokter menghela nafas panjang. Dari ekspresi wajahnya, sudah jelas menunjukkan sesuatu yang tidak baik.

"Pasien sudah sadar. Namun kondisinya sudah semakin lemah. Mungkin terdengar jahat, tapi harapan hidupnya sudah hampir tidak ada."

Tangis Mamah Naura pecah. Begitu pun dengan Papah Naura yang meski berusaha setegar mungkin, namun airmatanya tetap memaksa jatuh ketika mendengar penjelasan dokter.

Mamah Naura menerobos masuk ke dalam ruang ICU, diikuti suaminya. Keyla menghela nafas panjang. Sementara Abi menyandarkan kepalanya ke tembok.

"Kalau gue donorin hati gue buat Naura, mungkin jalan ceritanya bakal kaya film heart yah? Gue sebagai Rachel, lo Farel, dan Naura jadi Luna," celetuk Keyla, entah kerasukan apa sampai-sampai ia terpikirkan hal seperti itu.

Abi mendelik tajam. "Tapi gue bukan Farel yang suka sama Luna!"

Keyla tersenyum samar.

"Lagian lo ngomong apa nguap sih? Asal mangap aja!" sewot Abi.

Beberapa lama kemudian, Orang tua Naura keluar dengan mata sembab. Mamah Naura menyuruh Abi dan Keyla masuk karena Naura ingin membicarakan sesuatu pada mereka berdua.

Saat keduanya masuk, mereka melihat Naura yang kondisinya sudah sangat lemah. Wajahnya seputih kertas. Tatapan matanya sayu. Masker oksigen terpasang menutupi mulut dan hidungnya.

Dengan isyarat tangan, Naura menyuruh mereka mendekat. Kemudian Naura memegang salah satu tangan kedua orang itu, dan mempersatukannya.

"Sekarang, gak akan ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian berdua." ucap Naura, nyaris tak ada.

Abi memalingkan muka dan terlihat menahan tangis. Perasaannya campur aduk. Antara sedih dan senang, keduanya berbaur menjadi satu. Sedih karena tidak tega melihat keadaan Naura, tapi juga senang karena ia tidak akan menjadi pengganggu lagi diantara hubungannya dengan Keyla. 

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang