Persidangan

35 11 3
                                    

"HARAP TENANG SAUDARA-SAUDARA!" seru Ketua Majelis Hakim lantang, membuat suasana sidang kembali senyap.

Dari tempatnya, Risa melihat Keyla dengan tatapan nyalang dan penuh dendam. Gadis itu berpikir, bisa-bisanya Keyla masih membela Burhan yang jelas-jelas bersalah.

Hakim pun menyuruh Keyla meneruskan pembelaan.

"Saya tidak berbohong Yang Mulia. Di dalam berkas pembelaan yang saya berikan, sudah terlampir bukti perselingkuhan yang dilakukan Saudari Naina yang menjadi alasan terdakwa merasa sakit hati dan akhirnya membunuh korban."

Ketiga hakim melihat bukti chatt Naina dan selingkuhannya yang berbentuk lembaran kertas. Untungnya Keyla berhasil menemukan handphone Naina di rumah mereka.

Raya menatap Keyla dengan geram dan tangan yang mengepal kuat.

Keyla mendelik ke arah Raya. "Jadi dengan ini, saya merasa keberatan dengan dakwaan Jaksa yang menuntut terdakwa hukuman pidana seumur hidup."

Raya menyunggingkan senyum sinis. Kedua sahabat itu benar-benar menjadi musuh disaat seperti ini.

Raya kemudian memanggil Mona sebagai saksi. Burhan pun beralih tempat ke samping Keyla.

Jaksa Penuntut Umum maju, dan berdiri di hadapan Mona yang duduk di kursi saksi. Sebelum menanyai Mona, Raya memberitahu Hakim terlebih dahulu.

"Hakim Yang Mulia, saat terdakwa melakukan aksi kejinya, saksi yang merupakan putri korban dan terdakwa melihat dengan jelas adegan demi adegan yang membuatnya terkena mental."

"Dan saat terdakwa memergoki hal itu, terdakwa langsung mengejar putrinya yang berlari menghindari terdakwa karena ketakutan dan merasa nyawanya terancam."

" Akibat hal itu, putri terdakwa mengalami tabrak lari dan koma selama beberapa hari. Untungnya saat ini, saksi sudah sadar dan bisa hadir di acara persidangan ini. Meski akibat insiden tabrak lari itu, saksi mengalami afasia yang menyebabkan dirinya tidak bisa bicara akibat benturan di kepalanya."

Burhan seketika menangis mendengar penjelasan Raya. Apalagi saat Mona seperti tidak sudi melihat ke arahnya. Gadis kecilnya itu hanya diam dengan tatapan lurus dan kosong. Namun raut wajahnya menampakkan kesedihan yang teramat dalam.

Raya menatap Mona dan memasang senyum. "Mona, kamu hanya perlu mengangguk atau menggeleng ketika saya bertanya, kamu sudah siap?"

Mona mengangguk pelan.

Keyla sendiri geram. Ia merasa Raya tidak punya hati dengan menjadikan Mona sebagai saksi dan disuruh melawan ayahnya. Dia nggak mikirin luka psikis Mona apa?

"Jadi, apakah kamu melihat dengan jelas ketika Orang tua kamu bertengkar dan akhirnya Ayah kamu membunuh Ibumu?"

Mona memejamkan mata seiring air matanya yang mengalir. Demi Tuhan ia tidak akan pernah melupakan tragedi mengerikan tersebut.

Gadis kecil itu mengangguk pelan.

"Apakah kamu berharap Ayah kamu dihukum seberat-beratnya?" tanya Raya selanjutnya.

Mona kembali mengangguk tanpa keraguan.

Raya menatap Keyla dan tersenyum menyeringai.

"Itu saja Yang Mulia." Raya mengakhiri pertanyaan dan kembali ke tempatnya.

Giliran Keyla yang maju dan menanyai Mona. "Mona, sebelum bersaksi kamu sudah disumpah untuk berkata jujur di persidangan ini. Jadi saya minta, kamu jawab dengan jujur pertanyaan saya."

Keyla menelan saliva kemudian mulai menanyakan sebuah pertanyaan. "Apakah, kamu tahu kalau Mamah kamu berselingkuh?"

Mona terdiam. Dengan takut-takut, akhirnya ia menatap Burhan yang juga sedang menatapnya dengan wajah sedih. Bahkan airmata sang Ayah tidak henti-hentinya mengalir.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang