Don't give up

56 15 1
                                    

Hai, tolong tinggalkan jejak dan jangan jadi silent reader ya. Hargai author agar semakin semangat melanjutkan cerita. Thank u.

Raya mengendarai mobil dengan perasaan kalut yang tak berkesudahan. Ia benar-benar terguncang saat tahu Divio kini tidak bisa melihat. Satu pertanyaan besar muncul dibenaknya. Apa penyebab kebutaan Divio?

Saat teringat sesuatu, gadis itu langsung tersentak. Matanya berkaca-kaca. Ia bermonolog. "Nggak.. nggak mungkin."

Flashback 3 tahun yang lalu..

Setelah berhasil melewati masa kritisnya, Raya akhirnya siuman. Membuka mata perlahan, dan terdiam untuk beberapa lama dengan tatapan kosong.

"Mami.." panggil Gadis itu lemah, sambil berusaha mengumpulkan kesadarannya.

Sang Mami dan Divio yang saat itu tengah menjaga dan mengawasi Raya , seketika tersenyum lega. Tidak sia-sia mereka berdoa sepanjang waktu.

Keduanya langsung bangkit dan berdiri di samping gadis itu.

"Alhamdulillah kamu sudah bangun Nak." Mami Raya tak henti-hentinya mengucap syukur. Sementara Divio tidak berkata apa-apa dan hanya tersenyum. Melihat gadis itu sadar, sudah cukup baginya.

Wajah Raya mendadak tegang. Karena saat ini, hanya kegelapan yang ia lihat. Benar-benar gelap tanpa ada cahaya sedikitpun.

"Mi? Kenapa disini gelap? Raya nggak bisa lihat apa-apa."

Mami Raya seakan bingung dan tidak mengerti dengan ucapan Raya. Lain halnya dengan Divio yang shock, dan langsung bisa menyimpulkan, jika Raya kehilangan indera penglihatannya akibat insiden kecelakaan tadi malam.

Tanpa banyak bicara, Divio pun bergegas mencari dokter. Setelah mata Raya diperiksa, Sang Dokter menghela nafas berat. Sudah bisa dipastikan.

"Pasien mengalami kebutaan. Akibat kepalanya mengalami benturan keras, syaraf penglihatannya menjadi ikut cedera dan membuat pasien tidak bisa melihat lagi."

Bagai sebuah mimpi buruk, Raya langsung histeris. "Nggak. Nggak mungkin! NGGAK MUNGKIN!" Gadis itu menangis. Berteriak panik sambil meronta-ronta. "Aku nggak mau buta Mami! Nggak!"

Mami Raya ikut menangis. Beliau memeluk Raya dan mencoba menenangkan puterinya.
Begitupun dengan Divio yang ikut hancur saat mendengar penjelasan Dokter.

Mengingat semua itu, Raya seolah bisa menyimpulkan jika donor mata yang ia dapatkan adalah berasal dari Divio.

Untuk memastikan hal tersebut, Raya menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai di rumah. Berniat meminta penjelasan Sang Mami yang pasti tahu kebenarannya.

"Mi.." Raya tiba di kamar Maminya. Matanya merah. Suaranya serak. Wajahnya menampakkan kesedihan yang tidak main-main.

"Raya? Kamu kenapa?" Mami Raya bingung sekaligus kaget.  "Ada apa Nak?" tanya beliau seraya menyibak rambut yang sebagian menutupi wajah putrinya.

Air mata Raya jatuh untuk kesekian kali. Terisak, ia bertanya, "Apa mungkin, orang yang mendonorkan matanya buat Raya, adalah Divio?"

Mami Raya ternganga. Bagaimana mungkin Raya tahu soal itu? Sedangkan selama ini beliau berusaha menjaganya dengan rapat agar Raya tidak tahu. Karena semua itu merupakan permintaan Divio.

Raya sendiri sudah bisa menyimpulkan saat melihat ekspresi Maminya. Membuat air matanya turun semakin deras. "Jadi benar?"

Mami Raya menghela nafas dan terlihat pasrah sekarang. Biarlah Raya tahu. Toh tidak ada salahnya juga kalau dia tahu.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang