Dissapointed

46 11 4
                                    

"Tante Adel?" pekik Raya, tak percaya.

Dunia serasa berhenti berputar saat gadis itu melihat wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya saat ini.

Mamah Divio tersenyum. Menarik kursi berwarna cokelat, kemudian duduk di hadapan Raya. "Halo Raya."

"Tante kenal sama Papi aku? Tunggu.." Raya berusaha mencerna. Pikirannya tiba-tiba mengingat ucapan Sang Papi yang kemarin berkata akan menikah lagi dengan seorang wanita yang seumuran Mami nya.

Jangan bilang..

Raya menatap Papi nya. "Tante ini calon istri Papi?" 

Papi Raya mengangguk seraya tersenyum. Beliau juga terlihat senang saat mendengar Raya yang kembali memanggilnya dengan sebutan Papi. 

Bahu Raya terkulai lemas. Ia menyandarkan punggung ke kursi seraya tersenyum tak percaya.

Papi nya, dan Mamah Divio akan menikah? Cerita konyol macam apa ini?

Mamah Divio kemudian bertanya. "Kenapa Ray? Apa kamu tidak setuju, kalau Papi kamu menikah dengan Tante?"

Raya tidak menjawab dan justeru menatap Mamah Pacarnya dengan tatapan kecewa. Sebagai seorang teman dekat Mami nya, apakah beliau tidak malu dan merasa bersalah? Memungut bekas suami teman sendiri. Raya benar-benar speechless.

Papi Raya lalu memohon. "Restui pernikahan kami. Dan kamu nggak usah khawatir, meskipun nantinya kami menikah, kamu juga tidak dilarang menikah dengan.. Siapa?" Papi Raya menatap Mamah Divio, menanyakan nama putranya yang merupakan kekasih Raya.

Sambil tersenyum Mamah Divio menjawab. "Divio."

"Nah, Iyah! Kamu juga tidak dilarang menikah dengan Divio."

Raya memalingkan muka sembari tersenyum miris. Dalam hati ia memaki Sang Papi habis-habisan. Sungguh, lelaki itu benar-benar tidak tahu diri!

Raya lantas bertanya dingin. "Apa Divio udah tahu semua ini?"

"Kalau tentang niat Tante yang ingin menikah lagi, dia sudah tahu dan katanya setuju. Tapi tentang siapa calon suami Tante yang merupakan papi kamu, dia belum tahu." terang Wanita bernama Adel tersebut.

"Kalau gitu aku akan ikut keputusan Divio." Raya mendorong mundur kursinya dengan kasar, lalu pergi dengan langkah cepat. 

Wajahnya merah padam. Nafasnya memburu. Emosinya naik ke ubun-ubun.

Yang paling utama adalah, ia kecewa pada Mamah Divio dan merasa kasihan pada Mami nya jika kedua orang itu benar-benar menikah nantinya.

***

Regy menekan bel mansion Meisya tanpa jeda, seperti orang yang hendak mengajak ribut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Regy menekan bel mansion Meisya tanpa jeda, seperti orang yang hendak mengajak ribut. Perasaannya kalut.  Wajahnya dihiasi kekhawatiran yang teramat sangat.

TRIO SOMPLAK (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang